Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Mulai Manfaatkan Teknologi Credit Scoring Alternatif, Ini Manfaatnya Buat Nasabah

Bank perlahan tak lagi hanya mengandalkan metode penilaian kredit konvensional, seperti cek slip gaji, laporan pendapatan usaha, atau dengan meninjau sejarah pengelolaan kredit masa lalu.
Nasabah beraktivitas di salah satu kantor cabang BNI di Tangerang Selatan, Banten, Kamis (30/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Nasabah beraktivitas di salah satu kantor cabang BNI di Tangerang Selatan, Banten, Kamis (30/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Industri perbankan di Tanah Air disebut mulai terbuka memanfaatkan data-data penilaian kredit (credit scoring) alternatif, demi memperluas jangkauannya ke segmen masyarakat unbankable dan UMKM.

Ronald Molenaar, Business Development Director Advance AI Indonesia menjelaskan seiring masifnya potensi permintaan kredit dari segmen tersebut, kurang relevan apabila credit scoring masih menggunakan metode tradisional.

"Misalnya, seperti menunjukkan slip gaji, laporan pendapatan usaha, atau dengan meninjau sejarah pengelolaan kredit masa lalu mereka, ternyata sangat sulit di Indonesia. Mengingat mereka masih kurang memiliki sejarah kredit, serta fakta bahwa kebanyakan orang Indonesia tidak tercakup oleh pekerjaan formal," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (2/7/2022).

Terlebih, banyak individu di Tanah Air yang tidak memiliki rekening bank, atau punya tetapi kurang menggunakannya. Selain itu, segmen UMKM dan usaha-usaha mikro yang notabene unbankable merupakan mayoritas pelaku usaha di Indonesia.

Oleh sebab itu, meningkatkan penggunaan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) dan data analitik merupakan keniscayaan bagi perbankan maupun lembaga keuangan konvensional lain.

"Metode penilaian kredit alternatif, seperti melihat data transaksi online, jenis telepon yang digunakan, tagihan telepon seluler, atau tagihan listrik, dapat membantu membentuk penilaian yang akurat tentang profil kredit calon peminjam. Lembaga keuangan pun dapat menilai dan menanggung risiko dengan lebih akurat," tambahnya.

Bukan hanya terkait penilaian kredit, saat ini calon nasabah lembaga keuangan pun bisa dengan mudah bergabung lewat proses onboarding online, berkat kemajuan electronic know your customer (e-KYC) dan teknologi optical character recognition (OCR).

"Cara lama dengan mengunjungi bank secara fisik dan mengirim atau verifikasi dokumen identitas fisik sudah kurang relevan, kemajuan dalam AI dan OCR benar-benar dapat memperdalam inklusi keuangan, terutama di kota-kota tier II dan tier III di Indonesia," ungkap Molenaar.

Sebagai informasi, Advance AI Indonesia sebagai bagian dari perusahaan rintisan (startup) Advance Intelligence Group pun memiliki platform credit scoring alternatif terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lewat PT Bangun Percaya Sosial.

Adapun, Advance Intelligence Group dalam lanskap industri keuangan di Tanah Air juga tercatat merupakan induk dari perusahaan pembiayaan penyedia layanan bayar tunda (BNPL/paylater) PT Atome Financial Indonesia dan platform tekfin pendanaan bersama (P2P lending) PT Kredit Pintar Indonesia.

Sejak beroperasi di Indonesia pada 2016, Advance AI Indonesia telah memiliki beberapa mitra, seperti Standard Chartered Bank, GOTO, Tokopedia, Shopee, Bank Jago, Bank Mega, Bank BTPN, dan MNC Bank di antara lebih dari 700 basis kliennya.

Salah satu keunggulan teknologi utama e-KYC Advance AI Indonesia, yaitu sistem OCR, dengan tingkat akurasi 99 persen, yang dihubungkan dengan fitur liveness detection yang memastikan profil individu yang hendak melakukan transaksi sama dengan identitas yang terdaftar.

Perbandingan wajah ini didahului dengan menggunakan teknologi penilaian pencocokan wajah, di mana profil pelanggan yang terdaftar dicocokkan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) selama tahap onboarding pelanggan.

Untuk memperluas layanan credit scoring segmen UMKM, baru-baru ini Advance AI Indonesia mengumumkan kemitraan strategis dengan PT Semangat Digital Bangsa (SDB Score), penyedia credit scoring inovatif yang saat ini juga telah terdaftar di OJK.

Sebagai informasi, SDB Score merupakan platform credit scoring berbasis e-commerce yang terafiliasi Tokopedia. Memanfaatkan AI dan data transaksi e-commerce pengguna untuk membantu lembaga keuangan menganalisis kelayakan kredit dan validasi data pengguna yang tengah menjadi calon nasabah atau tengah mengajukan kredit selaku calon debitur.

"Iklim berwirausaha dan jumlah UMKM di Indonesia tengah meningkat dan membutuhkan solusi bisnis yang lebih simpel, namun tetap dapat diandalkan. Pemberian skor kredit alternatif, serta penggunaan AI dan data untuk menanggung dan mengelola risiko, telah menjadi solusi untuk membuka potensi ekonomi segmen unbanked, underbanked, dan UMKM di Indonesia," ujarnya.

Molenaar menjelaskan bahwa fenomena ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran paradigma penting dalam beberapa tahun terakhir dari metode perbankan tradisional menjadi semakin digital, yang bakal menguntungkan bagi nasabah, maupun penyedia layanan keuangan itu sendiri.

"Kondisi keuangan inklusif pada titik ini menunjukkan kebutuhan yang lebih tinggi untuk akses yang lebih luas dan penyampaian layanan perbankan digital yang lebih baik, hingga ke dasar piramida. Sehingga kami pun optimistis dapat membantu agenda nasional Indonesia, salah satunya target keuangan inklusif mencapai 90 persen pada 2024," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper