Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meninjau Prospek KPR Setelah Menkeu Sri Mulyani Bilang Generasi Muda Sulit Beli Rumah

Menkeu Sri Mulyani mengatakan generasi muda akan sulit membeli rumah karena daya beli dan harga properti yang tidak seimbang. Lantas bagaimana pandangan para pengamat mengenai prospek KPR?
Suasana proyek pembangunan perumahan subsidi di kawasan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (2/7/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Suasana proyek pembangunan perumahan subsidi di kawasan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (2/7/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

KPR semakin mahal

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda memandang baik pembiayaan KPR secara konvensional maupun syariah, keduanya dinilai sama bagusnya. 

Jika melihat situasi global, Huda menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia akan membuat biaya dana (cost of fund/CoF) dari KPR akan semakin meningkat. Hal ini, lanjutnya, menyebabkan masyarakat sekarang dihadapkan pada suku bunga yang tinggi, dan semakin mahal "biaya" untuk KPR. Artinya, semakin sulit generasi muda memiliki hunian, karena pertumbuhan yang juga relatif rendah. 

Pasalnya, BI diprediksi bakal mengerek tingkat suku bunga, seiring dengan arah kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) yang terus menaikkan suku bunga acuan, mengingat masih bergulirnya perang Rusia-Ukraina dan kondisi lainnya yang memicu kenaikan inflasi. 

Lebih lanjut, Huda melihat generasi muda saat ini lebih cenderung memilih konsumsi leisure, seperti traveling, dibandingkan konsumsi nonleisure, termasuk perumahan. 

Leisure itu seperti traveling. Kan traveling sekarang susah, jadi uang mereka bisa dijadikan untuk pembelian rumah melalui KPR,” ujar Huda. 

Dia memandang pandemi mulai menggeser pola konsumsi masyarakat, karena konsumsi leisure seperti traveling sudah dilakukan pembatasan. Di samping itu, saat ini pekerjaan lebih banyak dilakukan di rumah atau secara work from home (WFH) yang berimbas pada naiknya kebutuhan akan memiliki perumahan. 

“Jika diberikan relaksasi dengan tepat, saya rasa penjualan perumahan untuk generasi milenial akan meningkat, karena kebutuhan rumah untuk WFH serta konsumsi leisure semakin menurun,” ucapnya. 

Namun, Huda mewanti-wanti bahwa penjualan perumahan juga bisa menurun, mengingat bank sentral yang akan mengerek suku bunga acuan. “Makanya, kebijakan relaksasi untuk perumahan nampaknya bisa dipertimbangkan kembali.”

Adapun memasuki paruh kedua di tahun 2022, prospek KPR dinilai masih berada di jalur positif. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jika dilihat secara tahunan pada Desember 2021, KPR tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 9,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp469,6 triliun menjadi Rp544 triliun.

Pertumbuhan tersebut berlanjut hingga Maret 2022, yang tercatat naik 10,55 persen secara tahunan. OJK mencatat KPR secara keseluruhan baik dari sisi konvensional maupun syariah naik dari sebelumnya Rp503,01 triliun menjadi Rp556,08 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper