Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan Federal Reserve (The Fed) masih akan bergerak agresif dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter. Dia memprediksi suku bunga acuan atau Fed Funds Rate (FFR) berpotensi dinaikkan hingga 75 basis poin pada September 2022.
“FFR terakhir naik 75 basis poin, yang akan datang pada September bisa 50 basis poin hingga 75 basis poin,” katanya dalam rapat kerja bersama dengan DPR RI, Rabu (31/8/2022).
Perry menyampaikan, kondisi ini masih akan memicu ketidakpastian yang tinggi, terutama di negara berkembang, termasuk indonesia.
“Ini memberikan risiko aliran modal yang terbatas dan bahkan masih terjadi outflow di negara berkembang,” jelasnya.
Lebih lanjut, Perry mengatakan bahwa kondisi perekonomian di dunia masih sangat tidak menentu, terutama dengan perang Rusia vs ukraina yang masih terus berlangsung, ditambah dengan adanya gelombang kenaikan suku bunga negara maju.
Bahkan, dia memprediksi perekonomian global diperkirakan akan tumbuh melambat dari proyeksi sebelumnya, yaitu diperkirakan tumbuh 2,9 persen pada tahun ini dan tumbuh lebih lambat 2,7 persen pada 2023.
Baca Juga
“Kelihatan perkembangan ini sangat dinamis dan ketidakpastian mempersulit kita untuk memperkirakan ke depan,” jelasnya.
Dia menambahkan, situasi tersebut lebih sulit di negara berkembang. Pasalnya, saat ini perekonomian negara maju sudah pulih, sementara negara berkembang masih dalam proses menuju pulih.
“Perlu diperhatikan bagaimana kita meresponnya supaya tidak terlalu awal dilakukan pengetatan di negara berkembang,” tutur Perry.
Dilansir Bloomberg, Gubernur The Fed Jerome Powell memperingatkan ada efek ang tidak menguntungkan dari pengetatan kebijakan AS, sementara seorang pejabat tinggi Bank Sentral Eropa mengatakan ada "sedikit pilihan" selain tetap melanjutkan kenaikan suku bunga bahkan jika ekonomi Eropa mengarah ke resesi.