Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan mempengaruhi profit industri perusahaan pembiayaan atau multifinance.
Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B OJK Bambang W Budiawan mengatakan, kenaikan harga BBM dapat mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat dan kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran angsuran.
Berdasarkan data historis pertumbuhan industri pembiayaan, khususnya pada masa-masa terjadinya kenaikan harga BBM seperti pada 2006 maupun 2015, tren pertumbuhan pembiayaan di Indonesia tetap positif dan meningkat. Namun, dampak kenaikan BBM tersebut cukup berpengaruh terhadap profit perusahaan.
"Yang terpengaruh, tentu perusahaan pembiayaan itu harus hitung kembali soal pricing. Kalau naikkan pricing dengan kemampuan [bayar angsuran] menurun, ini akan berpotensi NPF [non-performing financing]. Makanya bagaimana tantangan ke depan itu perusahaan pembiayaan bisa nahan cost of fund. Saya rasa agak terkoreksi laba perusahaan pembiayaan secara industri," ujar Bambang dalam sebuah webinar, dikutip Minggu (18/9/2022).
OJK mencatat piutang pembiayaan per Juli 2022 masih mengalami pertumbuhan sebesar 7,12 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp384,63 triliun. Laba industri pembiayaan per Juli 2022 juga tercatat mencapai Rp10,1 triliun atau tumbuh 33,72 persen yoy.
Sedangkan NPF gross industri pembiayaan per Juli 2022 tercatat turun menjadi 2,72 persen dari 3,95 persen pada Juli 2021.
Baca Juga
"[Pembiayaan] akan tetap tumbuh, cuma dari sisi pricing mungkin enggak bisa naik. Sebaiknya sih enggak naik agar tidak jadi NPF. Efisiensi cost of fund harus dijaga. Dengan kata lain tipis-tipis aja margin-nya," kata Bambang.
Sementara itu, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) masih optimistis kinerja laba-rugi pemain masih bisa lebih baik ketimbang tahun lalu, kendati tantangan dari potensi pelemahan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM.
Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno optimistis kinerja keuangan para pemain pada periode ini tak akan terlalu terdampak, karena kesempatan untuk berekspansi dan memulihkan kinerja seperti kondisi sebelum pandemi Covid-19 telah terbuka selama kurun waktu setahun belakangan.
"Kondisi industri sampai bulan Agustus, kinerja laba-rugi para pemain terbilang baik, terlihat terus bertumbuh. Kami optimistis masih sesuai dengan proyeksi yang ada, dengan nominal lebih baik ketimbang tahun lalu," ujarnya kepada Bisnis, Senin (12/9/2022).