Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) optimistis laju dana pihak ketiga (DPK) pasar valuta asing (valas) perseroan tetap tumbuh ke depan seiring dengan kondisi perekonomian di dalam negeri yang terus membaik.
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn mengatakan per Juni 2022, DPK valas BCA tercatat sebesar Rp69,3 Triliun tumbuh 9,3 persen year-on-year/YoY.
“Transaksi valuta asing yang paling banyak dilakukan di BCA adalah transaksi yang berhubungan dengan export import dan remittances,” kata Hera kepada Bisnis, Senin (26/9/2022).
Hera mengatakan BCA akan tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang. Menurut dia per Juni 2022 DPK BCA tumbuh 12,9 persen yoy menjadi Rp1.011 triliun, sehingga turut mendorong total aset BCA naik 11,9 persen yoy menjadi Rp1.264,5 triliun.
Solidnya pendanaan CASA sejalan dengan peningkatan aktivitas perbankan transaksi. "Per semester I 2022, total volume transaksi naik 40 persen yoy mencapai 10 miliar transaksi, yang mayoritas berasal dari mobile banking," kata Hera.
Dana Murah Topang Milestone BCA
Untuk ke depan, manajemen emiten berkode saham BBCA itu meyakini pertumbuhan CASA masih akan terjaga hingga akhir tahun didorong oleh inovasi digital yang dilakukan perseroan.
Hera mengatakan CASA BCA naik 17,3 persen yoy mencapai Rp817,8 triliun per Juni 2022. Dana murah dari tabungan dan deposito hingga 81 persen dari total dana pihak ketiga.
Pertumbuhan CASA tersebut menjadi penopang utama pencapaian dana pihak ketiga, untuk pertama kali, menyentuh milestone Rp1.000 triliun. Per Juni 2022, total dana pihak ketiga tumbuh 12,9 persen yoy menjadi Rp1.011 triliun, sehingga turut mendorong total aset BCA naik 11,9 persen yoy menjadi Rp1.264,5 triliun.
“Inovasi digital dan loyalitas nasabah menjadi salah satu faktor penentu kenaikan CASA,” kata Hera kepada Bisnis, Senin (26/9/2022).
Hera mengatakan inovasi dan kolaborasi yang ditawarkan perseroan dalam ragam solusi dan layanan perbankan BCA berhasil menarik minat nasabah. Masyarakat menaruh kepercayaan dan menyimpan dana mereka di BCA. Loyalitas ini memotivasi perseroan untuk selalu relevan dengan ragam kebutuhan nasabah setia.
Kedepan, BCA akan terus memperkuat ekosistem finansial, penyempurnaan dan modernisasi dari infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki dalam mendukung keandalan dan keamanan berbagai layanan perbankan transaksi digital.
“Dengan langkah tersebut diharapkan dapat meningkatkan volume transaksi digital perbankan dan dapat mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan,” kata Hera.
Terkait dengan suku bunga, BCA sebagai perbankan nasional pada prinsipnya berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah, regulator, dan otoritas perbankan.
Setelah terakhir The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps, menurut BCA keputusan Bank Indonesia telah mempertimbangkan fundamental ekonomi, dalam rangka mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan memperkuat pemulihan perekonomian nasional.
Perseroan akan mengkaji dampak kenaikan suku bunga BI 7days Reverse Repo Rate, serta menyiapkan strategi yang tepat untuk senantiasa memberikan nilai tambah dan layanan yang optimal bagi segenap nasabah dan masyarakat.
“Hingga saat ini, kami belum menaikkan suku bunga kredit,” kata Hera.
Hera mengatakan saat ini suku bunga kredit korporasi berada pada level 7,95 persen per tahun, Kredit ritel 8,20 persen per tahun, kredit konsumsi KPR 7,20 persen per tahun dan kredit konsumsi Non-KPR 5,96 persen per tahun.