Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ruang Kredit Investasi Perbankan Masih Lebar  

Kredit investasi yang disalurkan perbankan diprediksi masih akan terus tumbuh didorong oleh pemulihan ekonomi.
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

Bisnis.com, JAKARTA — Permintaan terhadap kredit investasi diprediksi masih akan tumbuh di sisa 2022, kendati Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps. Kondisi Indonesia yang masih dalam tahap pemulihan ekonomi, mendorong pelaku usaha untuk menarik kredit investasi dari perbankan. 

Merujuk data Bank Indonesia, kredit investasi yang disalurkan perbankan pada Agustus 2022 tercatat sebesar Rp1.593 triliun, tumbuh 9,9 persen year on year/yoy. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 9,5 persen. 

Sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, real estate, serta jasa perusahaan menjadi motor utama pertumbuhan tersebut. Masing-masing sektor tumbuh 16 persen yoy dan 26,1 persen yoy. Lebih tinggi dibandingkan dengan Juli 2022. Kredit investasi sektor pengolahan saat itu tumbuh 7,2 persen yoy dan sektor keuangan tumbuh 17,4 persen. 

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan kredit investasi yang terus tumbuh didorong oleh makin pulihnya ekonomi yang ditandai oleh konsumsi yang mulai mendekati normal. 

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan kenaikan suku bunga acuan, dia perkirakan tidak akan banyak mengganggu proses pulihnya ekonomi sepanjang pandemi tidak mengalami kenaikan lagi. 

“Oleh karena itu saya perkirakan walaupun suku  bunga acuan BI akan terus meningkat pada ke depan kredit investasi masih akan terus tumbuh, mendekati level sebelum pandemi,” kata Piter, Rabu (28/9/2022). 

Senada, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan kredit investasi berbeda dengan kredit konsumsi dan modal kerja. Kredit investasi lebih untuk jangka panjang dan saat ini momen pemulihan. 

“Beberapa pengusaha sudah mulai percaya diri dan berani untuk investasi,” kata Amin. 

Dia menambahkan meski demikian perbankan juga perlu berhati-hati dalam menyalurkan kredit investasi di tengah kondisi perekonomian yang masih bergejolak seperti saat ini. 

Rasio kredit macet atau nonperforming loan  masih menjadi momok, kemudian relaksasi yang akan selesai tahun depan serta masih akan ada gelombang kenaikan bunga The Fed sampai Desember 2022 akan memberi pengaruh yang cukup signifikan ke depan. 

Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rudi As Aturridha mengatakan sejalan dengan tren pemulihan dan perbaikan makroekonomi, permintaan kredit investasi di Bank Mandiri terus mencatatkan perbaikan. 

Tercatat hingga akhir Juli 2022 total kredit investasi Bank Mandiri secara bank only telah mencapai Rp392,83 triliun atau tumbuh 13,1 persen secara tahunan (yoy).

Realisasi tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju kredit industri secara industri yang naik 9,5 persen pada periode Juli 2022.

“Kami optimistis sampai dengan akhir tahun pertumbuhan kinerja kredit Bank Mandiri masih akan tetap tumbuh, tentunya dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian guna mencapai pertumbuhan yang positif,” kata Rudi. 

Dalam mempertahankan kinerja kredit yang solid, Bank Mandiri terus menjaga kualitas kredit dan aset dengan fokus pada sektor-sektor yang resilien seperti perkebunan, energi, transportasi dan industri makanan dan minuman.

Bunga Penjaminan 

Adapun mengenai kenaikkan LPS rate, Rudi mengatakan perseroan akan melakukan kajian potensi penyesuaian suku bunga simpanan dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas, respon dari bank lain, kenaikan cost of fund, serta dampak terhadap peningkatan suku bunga kredit. 

“Secara umum, dalam praktiknya bank-bank membutuhkan waktu penyesuaian suku bunga simpanan dan kredit dalam 3-6 bulan kedepan,” kata Rudi. 

Adapun, saat ini tingkat likuiditas Bank Mandiri masih berada pada level ample atau likuid. Hal ini tercermin dari posisi loan to deposit ratio (LDR) Bank Mandiri secara bank only yang terjaga di level 84,84 persen per akhir Agustus 2022. Posisi tersebut juga membaik bila dibandingkan periode setahun sebelumnya yang mencapai 85,65 persen.

Dalam menjaga kondisi likuiditas, Bank Mandiri fokus pada pertumbuhan dana murah atau CASA. Hal ini tercermin dari posisi dana CASA (giro dan tabungan) yang mencapai Rp789,01 triliun per akhir Agustus 2022, tumbuh sebesar 14,81 persen yoy.

Selain itu posisi rasio CASA Bank Mandiri terhadap total dana pihak ketiga (DPK) pada periode yang sama juga berada di level optimal yakni sebesar 75,29 persen di akhir Agustus 2022.

Untuk menjaga pertumbuhan CASA, kata Rudi, Bank Mandiri juga terus mengembangkan layanan digital Livin’ by Mandiri yang dapat menghadirkan solusi kebutuhan transaksi dan gaya hidup nasabah secara menyeluruh. 

“Hasilnya, sampai dengan Agustus 2022 transaksi finansial Livin’ by Mandiri telah meningkat 62 persen secara YoY, diikuti dengan volume transaksi yang tumbuh 47 persen YoY,” kata Rudi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper