Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis Indonesia mendorong peningkatan literasi keuangan dan digital di kalangan mahasiswa melalui acara Bisnis Goes to Campus (BGTC) di Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat, Kamis (29/9/2022).
Kali ini tema besar yang diangkat adalah mengelola keuangan dan menjadi entrepreneur pada era digital.
Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Maria Y. Benyamin mengatakan, era digitalisasi menjadi sebuah peluang emas bagi pertumbuhan ekonomi, tetapi juga bisa menjadi ancaman serius bila tidak diiringi pemahaman yang matang.
“Lingkungan kampus sengaja kami pilih sebagai pintu masuk penebar benih-benih inklusi digital,” katanya dalam sambutan, Kamis (29/9/2022).
Dia juga menambahkan bahwa generasi Z adalah penggerak utama konsumsi dalam sistem perekonomian dunia. Dengan demikian literasi digital, literasi keuangan, dan kemampuan membuka lapangan pekerjaan baru sudah seharusnya diasah setajam mungkin oleh para mahasiswa.
Ironisnya, dalam laporan Deloitte, ada 29 persen generasi Z di dunia yang mencemaskan biaya hidup. Sementara itu, persentase generasi milenial secara global yang khawatir dengan masalah biaya hidup sebanyak 36 persen.
Baca Juga
Hal tersebut tidak bisa dianggap sepele. Pasalnya sebuah survei dari Citizens Bank menemukan fakta bahwa mayoritas generasi milenial terancam masalah utang piutang dan kebangkrutan. Lebih dari 57 persen generasi milenial yang menjadi responden survei tersebut mengaku menyesali pengeluaran impulsif yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Akan tetapi, hal itu tidak menghentikan pengeluaran-pengeluaran besar untuk pergi nonton konser hingga bersantai di kafe mahal.
Sementara itu, indeks inklusi keuangan di Indonesia telah jauh meningalkan literasi keuangan. Pada 2021, mengutip data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, inklusi keuangan Indonesia telah mencapai 83,6 persen. Artinya hampir sebagian besar masyarakat di Indonesia telah memiliki akses terhadap produk finansial.
Bila ditelaah lebih dalam, OJK mencatat sebanyak 21 provinsi di Tanah Air memiliki tingkat literasi dibawah rata-rata nasional. Artinya pekerjaan rumah Indonesia sangat besar untuk meningkatkan literasi keuangan agar tercipta masyarakat yang dapat mengelola kekayaannya secara optimal.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Nunung Nuryartono berharap BGTC dapat meningkatkan literasi keuangan dan juga digital di lingkungan pendidikan.
“Karena ternyata pendidikan tidak punya korelasi dengan literasi keuangan. Ada juga yang kena investasi bodong dari dunia pendidikan,” katanya.
Adapun terkait UMKM, Indonesia saat ini membutuhkan 4 juta wirausaha baru. Rasio pengusaha di Indonesia saat ini hanya 3,4 persen, padahal negara-negara maju memiliki rasio lebih dari 12 persen.
Dengan BGTC, Maria berharap dapat memberikan wawasan tambahan kepada para mahasiswa mengenai akses permodalan. Saat ini, salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh UMKM adalah modal. Selain itu, akses pasar, akses teknologi, dan juga pengaturan sistem keuangan menjadi isu lain bagi UMKM.
Acara BGTC IPB ini juga menghadirkan Brand Marketing Lead Gopay Faiz Fashridjal dan financial planner Widya Prima sebagai pembicara. Selain itu, BGTC IPB juga akan menghadirkan Group head of Government Program-Division of Small Business and Program BNI Chandra Bagus Sulistyo.