Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi September Tertinggi sejak 2014, Suku Bunga Acuan Naik Lagi? Ini Kata BI

Tingkat inflasi secara tahunan pada September 2022 merupakan yang tertinggi sejak Desember 2014, sebagai imbas dari kenaikan harga BBM.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Senin (25/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Senin (25/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistis (BPS) melaporkan tingkat inflasi pada September 2022 adalah sebesar 1,17 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Bank Indonesia (BI) sebelumnya mengatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan akan bergantung pada perkembangan inflasi inti dan ekspektasi inflasi. 

Secara tahunan inflasi pada September 2022 tercatat mencapai 5,95 persen (year-on-year/yoy). Sementara itu, secara tahun berjalan, inflasi mencapai 4,84 persen (year-to-date/ytd).

Tingkat inflasi secara tahunan tersebut merupakan yang tertinggi sejak Desember 2014, sebagai imbas dari kenaikan harga BBM.

"Inflasi September sebesar 1,17 persen, tertinggi sejak Desember 2014,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (3/10/2022).

Sektor transportasi pada September 2022 mencatatkan inflasi tertinggi, yaitu sebesar 1,08 persen secara bulanan. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu bensin sebesar 0,89 persen, angkutan dalam kota 0,09 persen, serta solar dan angkutan antar kota masing-masing sebesar 0,03 persen, terhadap inflasi kelompok ini.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (BI) Wahyu Agung Nugroho menyampaikan tingkat inflasi yang tinggi pada periode tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga BBM.

Dampak dari kenaikan harga BBM pun mulai terlihat pada peningkatan tarif transportasi. Wahyu mengatakan, dampak ini juga masih akan berlanjut hingga 2–3 bulan ke depan.

Sejalan dengan itu, laju inflasi inti juga diperkirakan terus meningkat ke depan. Selain akibat kenaikan harga BBM, inflasi inti juga terdorong sebagai dampak dari tingginya inflasi pangan.

“Total dampak dari kenaikan harga BBM ke inflasi 1,8–1,9 persen, di akhir tahun inflasi inti diperkirakan menjadi sekitar 4,6 persen,” katanya, Sabtu (1/10/2022).

Wahyu mengatakan, untuk menjaga peningkatan ekspektasi dan inflasi ke depan, BI akan fokus kebijakan moneter pada pengendalian inflasi sehingga inflasi dapat kembali ke sasaran target 2–4 persen.

Sebagaimana diketahui, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Agustus 2022 dan 50 basis poin pada September 2022, sehingga menjadi 4,25 persen.

Hal tersebut kata Wahyu sebagai langkah front loaded, forward looking, preemptive, untuk menurunkan ekspektasi inflasi.

“Salah satu pertimbangan BI melakukan kebijakan suku bunga front loaded dan preemptive, ini harus segera dikendalikan agar tidak memengaruhi ekspektasi inflasi,” katanya.

Wahyu menambahkan, kenaikan suku bunga acuan ke depan masih sangat bergantung pada perkembangan inflasi inti dan ekspektasi inflasi.

“Kita akan koordinasikan lagi apabila butuh tambahan kenaikan lagi atau kenaikan yang ada apakah sudah cukup,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper