Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Resesi Ekonomi Global, BNI (BBNI) Gencar Cari Ceruk Pertumbuhan Baru

BNI (BBNI) juga melakukan transformasi bisnis sejak 2021 guna meningkatkan fundamental perusahaan dalam menjalankan fungsi intermediasi.
Seorang nasabah tengah menggunakan beragam fasilitas yang kini semakin memudahkan transaksi di BNI, baik mesin pencetak rekening koran hingga mesin pembukaan rekening baru (Digital Customer Service) di Jakarta, Rabu (12/5/2021). /BNI
Seorang nasabah tengah menggunakan beragam fasilitas yang kini semakin memudahkan transaksi di BNI, baik mesin pencetak rekening koran hingga mesin pembukaan rekening baru (Digital Customer Service) di Jakarta, Rabu (12/5/2021). /BNI

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI terus melanjutkan transformasi layanan perbankan mereka guna memberikan dorongan kinerja maksimal seiring adanya resesi ekonomi global. 

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan, BNI gencar mencari ceruk pertumbuhan baru melalui "Journey Transformasi" perusahaan. Dalam transformasi itu, BNI memperbaiki setiap lini operasional bisnis guna meningkatkan fundamental keuangan dan kapabilitas perusahaan dalam menjalankan fungsi intermediasi, investasi, dan penyediaan solusi transaksi keuangan  melalui digitalisasi. 

“Journey transformasi perusahaan BNI yang telah dimulai sejak 2021 masih berlanjut hingga tahun ini. Kami harap upaya ini dapat semakin memperkuat kinerja pemulihan ekonomi," ujarnya dalam siaran pers, Minggu (16/10/2022).

Ke depan, transformasi yang dijalankan BNI meliputi perbaikan end-to-end credit process, crosss selling, dan up selling nasabah segmen korporasi, peluncuran SMExporter HUB, pengelolaan loan at risk (LaR), solusi bisnis untuk klaster kelembagaan terpilih, dan lainnya. 

Okki menjelaskan bahwa transformasi yang telah berjalan sejauh ini membuat perseroan mampu mendorong peningkatan kinerja, salah satunya melalui program BNI Xpora. 

BNI gencar berkolaborasi dengan asosiasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta e-commerce dalam menjalankan program tersebut. Perusahaan juga menciptakan lebih banyak program pembinaan dan pelatihan yang mendorong pelaku UMKM lebih berdaya saing global. 

Adapun untuk mendorong penguatan ekspor, BNI juga menggandeng pihak terkait ekspor dan impor seperti Indonesia International Chamber of Commerce (ICC), Sarinah, hingga House of Indonesia di sejumlah negara. 

“Perluasan pasar ini juga semakin lengkap dengan semakin banyaknya komunitas diaspora di banyak negara," ujar OKKI.

Transformasi BNI juga mempunyai membuat portofolio kredit segmen korporasi tumbuh lebih kuat serta berkualitas. “Tak hanya mendorong kinerja pembiayaan, tetapi segmen korporasi ini membuka banyak peluang cross selling ke produk payroll, payroll loan, hingga kredit griya,” ungkapnya.

BNI juga melakukan transformasi secara anorganik pada aspek digital, yakni dengan mengakuisisi PT Bank Mayora pada Mei 2022.  Rencananya Bank Mayora akan ditransformasi menjadi bank digital dengan fokus utama pada segmen UKM.

Okki mengatakan, transformasi bisnis dilakukan BNI seiring dengan kondisi ekonomi global yang diperkirakan akan mengalami gejolak. Menurutnya, kondisi ekonomi ke depan cukup menantang dengan beberapa isu seperti perang Rusia dan Ukraina yang berdampak pada perekonomian dunia dan Indonesia. 

Selain itu, banyak negara yang kini dihadapkan pada risiko inflasi lebih tinggi sehingga berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengingatkan agar industri jasa keuangan, termasuk perbankan dalam negeri mengantisipasi risiko global yang kini menjelma sebagai badai besar sempurna (perfect storm).

"Tapi kami akan terus berupaya maksimal untuk membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia serta menghadapi tantangan kondisi global," kata Okki kepada Bisnis baru-baru ini.

Ia mengatakan, BNI pun telah mengamankan sejumlah risiko yang terjadi dari gejolak ekonomi global itu. Pada rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) misalnya, BNI terus melakukan pemantauan.

"BNI sendiri memiliki rasio NPL yang terus menurun dengan tingkat pencadangan yang sehat. Selain itu, jumlah kredit yang direstrukturisasi dengan stimulus Covid-19 mengalami penurunan seiring dengan pemulihan ekonomi dan mulai membaiknya kemampuan bayar debitur," katanya.

Per Juni 2022, LaR BNI termasuk kredit restrukturisasi karena Covid-19 sudah berada pada posisi 19,6 persen, dengan NPL yang menurun ke level 3,2 persen, atau turun hingga 70-80 bps secara tahunan.

Secara nilai, kredit restrukturisasi Covid-19 tercatat sebesar Rp62,9 triliun turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp81,8 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper