Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Emiten Bank jadi Jagoan JP Morgan Tahun Depan

JP Morgan menilai tren kenaikan suku bunga seperti yang terjadi di Indonesia akan berdampak baik untuk emiten bank.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHS) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). /Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHS) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). /Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — JPMorgan Chase & Co. menyebutkan bahwa pasar saham Indonesia menjadi pilihan yang lebih disukai pada 2023 dan berkinerja terbaik. Kemudian, dari sisi sektornya, emiten perbankan menjadi andalan.

Co-manager JPMorgan Asean Equity Stacey Neo mengatakan, harga komoditas yang tinggi untuk waktu yang lebih lama, bergeliatnya kembali aktivitas ekonomi, dan kebangkitan pariwisata akan menopang pasar Indonesia secara keseluruhan pada 2023.

"Kepemilikan asing masih sangat rendah di wilayah ini mengingat arus keluar yang telah kita lihat secara historis,” ujar Neo dikutip dari Bloomberg pada Rabu (9/11/2022).

Neo juga menyebutkan bahwa secara regional, pasar Asia Tenggara telah menjadi satu dari sedikit titik terang ekuitas global pada 2022.

Dari sisi sektoral, Neo menyebutkan bahwa perbankan akan menjadi andalan. Menurutnya, bank telah menyumbang sekitar 40 persen dari bobot acuan MSCI Asean Index.

Sementara itu tren kenaikan suku bunga seperti di Indonesia, di satu sisi akan berdampak baik untuk bank. Ia mengatakan, bank-bank di Indonesia dan Singapura akan mendapatkan keuntungan dari ekspansi margin di lingkungan kenaikan suku bunga dan inflasi.

Kemudian, bank juga akan mendapatkan permintaan kredit yang lebih tinggi serta peningkatan adopsi teknologi.

Di Indonesia, ia memberi contoh PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang memiliki rasio pinjaman terhadap simpanan longgar. Hal tersebut membuat perseroan mampu memberikan kredit tanpa kompromi.

Berdasarkan laporan keuangan, loan to deposit ratio (LDR) BCA mencapai 63,34 persen per September 2022.

Neo juga mengatakan, BCA mencatatkan kinerja moncer per September 2022. Tercatat, BCA bersama dengan entitas anak tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp29 triliun sampai dengan kuartal III/2022. Angka ini meningkat 24,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Seiring dengan peningkatan laba bersih, emiten berkode saham BBCA ini membukukan peningkatan kredit sebesar 12,6 persen yoy menjadi Rp682 triliun. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 11 persen ke posisi Rp1.025,52 triliun pada kuartal III/2022

Dari Singapura, Neo memberi contoh DBS Group Holdings Ltd. yang memiliki waralaba rekening giro serta tabungan besar.

Menurut Neo, sektor keuangan memang menjadi salah satu peningkatan sektoral terbesar dalam tiga bulan terakhir.

Selain perbankan, Neo juga menyukai saham terkait kendaraan listrik di Indonesia. Sebab, Indonesia sedang gencar mengembangkan cadangan nikelnya yang besar dan berencana untuk mensubsidi pembelian mobil listrik tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper