Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Ina Perdana Tbk. atau Bank Ina (BINA), milik taipan Anthoni Salim mencatatkan laba bersih Rp94,83 miliar per kuartal III/2022. Jumlah itu naik 224 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp29,23 miliar.
Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu mengatakan, kenaikan laba per September 2022 itu disebabkan pertumbuhan kredit yang juga tinggi sebesar 196 persen yoy dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) 82 persen yoy. "Cost of fund juga terjaga dengan baik," ujarnya kepada Bisnis pada Rabu (9/11/2022).
Berdasarkan laporan keuangan, Bank Ina telah menyalurkan kredit Rp8,64 triliun per kuartal III/2022. Sedangkan, aset Bank Ina mencapai Rp20,30 triliun. Kemudian, Bank Ina mencatatkan DPK sebesar Rp17,53 triliun per September 2022.
Selain itu, laba Bank Ina juga terdorong oleh tingginya pertumbuhan pendapatan bunga bersih, yakni 139 persen yoy menjadi Rp389,08 miliar.
Bank Ina juga mencatatkan rasio profitabilitas yang moncer. Tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) perusahaan mencapai 0,93 persen dan tingkat pengembalian modal (return on equity/ROE) sebesar 5,49 persen per September 2022.
Daniel mengatakan ke depan Bank Ina akan berupaya menjaga kinerja moncer tersebut. Sementara, dalam menghadapi tren suku bunga tinggi, inflasi, serta ancaman resesi global, perseroan akan konsisten menjaga cost of fund yang rendah.
"Kami juga akan meningkatkan porsi dana murah atau current account savings account (CASA) dan pertumbuhan kredit yang berkualitas," ujar Daniel.
Namun, Bank Ina masih belum memenuhi ketentuan modal inti dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni minimum Rp3 triliun. Berdasarkan laporan keuangan, modal inti Bank Ina mencapai Rp2,32 triliun.
Untuk itu, perseroan akan menjalankan penambahan modal dengan skema rights issue bulan ini. Daniel mengatakan bahwa rights issue Bank Ina sudah final. “Tinggal menunggu izin dari OJK,” ujarnya.
Berdasarkan prospektus di keterbukaan informasi, Bank Ina berencana melakukan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu IV (PMHMETD IV) alias rights issue sebanyak-banyaknya 296,85 juta saham dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Sebelum melakukan aksi penambahan modal ini, emiten bersandi saham BINA telah mengantongi persetujuan dari pemegang saham lewat rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 3 Juni 2022. Lalu, perseroan menjadwalkan pelaksanaan rights issue pada 16 November 2022.
Adapun, harga pelaksanaan yang ditetapkan dalam aksi rights issue ini adalah sebesar Rp3.600–Rp4.200 per saham. Dengan demikian, dana segar yang akan diterima BINA adalah sebanyak-banyaknya Rp1,24 triliun.
Menurut Daniel, pihaknya optimis rights issue tersebut akan diserap dan dananya cukup untuk memenuhi ketentuan modal inti perusahaan. “Kami yakin, sebelum akhir tahun ini Bank Ina sudah dapat memenuhi ketentuan modal inti Rp3 triliun,” ujarnya.