Bisnis.com, JAKARTA – Dana nasabah di bank atau biasa disebut dana pihak ketiga (DPK) mulai tumbuh hingga digit ganda pada Oktober 2022. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan simpanan berjangka atau deposito yang menawarkan suku bunga secara atraktif.
Laporan Analisis Uang Beredar pada Oktober 2022, yang dirilis Bank Indonesia menunjukkan penghimpunan DPK tercatat mencapai Rp7.681,9 triliun. Jumlah ini meningkat 10 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari posisi September 2022 yakni 7,7 persen yoy.
Berdasarkan catatan bank sentral, perkembangan DPK dipengaruhi oleh pertumbuhan giro dan simpanan berjangka atau deposito. Giro tercatat tumbuh 25,8 persen yoy, sementara deposito meningkat 0,8 persen yoy per Oktober 2022. Adapun tabungan naik 8,4 persen secara tahunan.
Meski masih tumbuh terbatas, kenaikan deposito terjadi seiring meningkatnya suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Pada Oktober 2022, suku bunga simpanan berjangka tercatat mengalami peningkatan di seluruh tenor dibandingkan dengan posisi September lalu.
Suku bunga deposito untuk tenor 1 bulan membukukan peningkatan tertinggi, yakni naik 39 basis poin (bps) menuju level 3,37 persen. Sementara itu, tenor 3 bulan meningkat sebesar 32 bps menjadi 3,38 persen per Oktober 2022.
Selain itu, suku bunga deposito untuk tenor 6 bulan naik 31 bps menuju posisi 3,59 persen, diikuti tenor 12 bulan yang naik 32 bps menjadi 3,84 persen, dan bunga deposito untuk tenor 24 bulan meningkat 34 bps menuju 4,35 persen.
Baca Juga
Dari sisi pelaku industri, Direktur PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) Efdinal Alamsyah menyampaikan bahwa DPK perseroan juga disebut naik sekitar 25 persen dibandingkan dengan posisi Desember 2021 atau year-to-date (ytd).
Dia menjelaskan bahwa kenaikan suku bunga simpanan telah mendorong masyarakat untuk menempatkan dana pada produk-produk perbankan, khususnya deposito.
Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Aestika Oryza Gunarto mengatakan DPK perseroan hingga akhir Oktober 2022 diklaim tumbuh positif, dengan dana murah (current account saving account/CASA) naik 17,12 persen yoy.
Aestika menyatakan bahwa seiring dengan komitmen perseroan dalam meningkatkan CASA, proporsi simpanan deposito di emiten bank bersandi saham BBRI ini akan terus menurun.
“Komitmen BRI untuk terus mendorong peningkatan CASA sebagai upaya efisiensi untuk memperoleh funding structure yang lebih baik,” ujarnya kepada Bisnis.
Sementara itu, terkait dengan likuiditas, dia menyebutkan bahwa loan to deposit ratio (LDR) BBRI secara bank only berada di level 84,49 persen per akhir Oktober 2022. Ini membuat perseroan yakin dapat mendorong pertumbuhan kredit di kisaran 9–11 persen yoy.