Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Diminta Hati-Hati Hadapi Resesi, BCA (BBCA) hingga Bank Mandiri (BMRI) Perkuat Pencadangan

Dalam menghadapi risiko ekonomi global, BCA berkomitmen untuk menyalurkan kredit dengan prinsip kehati-hatian. Bagaimana dengan bank besar lainnya?
Ilustrasi resesi ekonomi global 2023/Freepik
Ilustrasi resesi ekonomi global 2023/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Resesi global menjadi ancaman bagi semua sektor ekonomi, tanpa terkecuali perbankan. Sejumlah bank besar seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) hingga PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) pun menguatkan pencadangan menghadapi risiko tersebut.

Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan bahwa dalam menghadapi risiko ekonomi global, BCA senantiasa berkomitmen untuk menyalurkan kredit secara prudent. BCA juga tetap mengkaji peluang di berbagai sektor sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian.

"Perbankan juga masih akan tetap melakukan pencadangan sebagai upaya antisipasi kualitas kredit ke depannya," katanya kepada Bisnis pada Jumat (2/12/2022).

BCA mencatat rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) pada kuartal III/2022 meningkat menjadi 3,18 persen dari 3,20 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Begitu juga dengan Bank Mandiri. Corporate Secretary Bank Mandiri, Rudi As Aturridha mengatakan bahwa saat ini Bank Mandiri telah didukung oleh pencadangan kredit (CKPN) yang sangat memadai. BMRI mencatatkan jumlah CKPN hingga kuartal III/2022 sebanyak Rp41,21 triliun.

Sementara PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) akan tetap berupaya menjaga kualitas kredit menghadapi tantangan ekonomi global tahun depan. Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan bahwa BNI menjalankan inisiatif strategi yang tepat sasaran dalam menjaga kualitas kredit serta berfokus untuk melakukan ekspansi kredit yang sehat di tengah pemulihan ekonomi nasional.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta agar semua sektor berhati-hati menghadapi gejolak ekonomi global tahun depan. Dia mengatakan, situasi ekonomi dunia pada 2023 akan ruwet.

Bahkan, menurutnya, tidak ada pemimpin negara-negara kaya yang bisa memprediksi situasi tahun depan.

Jokowi mencontohkan, saat dia tanya ke negara-negara produsen minyak, mereka bingung membuat kebijakan seperti apa untuk menghadapi ancaman ekonomi 2023.

"Saya bertemu seluruh kepala negara dengan GDP [gross domestic product] terbesar di dunia, sama semuanya pusing. Oleh sebab itu kita harus hati-hati dan waspada," kata Jokowi dalam pidatonya di acara Pertemuan Tahunan BI 2022.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar juga meminta agar sektor keuangan, termasuk perbankan berhati-hati menjaga kinerjanya mengahadapi tantangan ekonomi global itu.

"Disampaikan oleh Presiden bahwa kita harus hati-hati atas pelemahan ekonomi dunia, termasuk sektor keuangan. Kita harapkan semuanya tetap tumbuh dengan proses antisipasi dan kewaspadaan," ujarnya saat ditemui setelah acara Pertemuan Tahunan BI 2022, Rabu (30/11/2022).

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bahwa saat resesi global, inflasi akan meninggi. Bagi sektor perbankan, ini dikhawatirkan akan membawa masalah pada kualitas kredit.

"Bagaimanapun bank mesti hati-hati di tengah terpaan resesi, NPL akan tinggi, bank juga harus siapkan CKPN yang besar," ujarnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu (25/10/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper