Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fenomena Setelah GOTO Cs IPO, Amvesindo Catat Tren Pendanaan Startup Turun

Amvesindo menilai tren pendanaan startup dari segi jumlah kesepakan pada tahun ini alami penurunan.
Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja daring di salah satu situs belanja daring di Jakarta, Rabu (15/6/2022). Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan berencana menarik bea meterai Rp10 ribu untuk pelanggan platform digital termasuk belanja online di e-commerce, untuk transaksi pembelian di atas Rp5 juta rupiah. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja daring di salah satu situs belanja daring di Jakarta, Rabu (15/6/2022). Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan berencana menarik bea meterai Rp10 ribu untuk pelanggan platform digital termasuk belanja online di e-commerce, untuk transaksi pembelian di atas Rp5 juta rupiah. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) memproyeksikan tren pembiayaan bagi perusahaan dari segi jumlah deals akan mengalami penurunan pada 2022.

“Tren pendanaan startup secara jumlah deals berpotensi mengalami penurunan. Meskipun demikian, mudah-mudahan volume nilai deals masih tetap bagus pada tahun ini,” ujar Eddi Danusaputro, Chairman Amvesindo dalam Exit Mechanisms for Investors & Startup Companies (IPO vs Acquisition), Selasa (6/12/2022).

Eddi tidak menjelaskan lebih lanjut. Akan tetapi dalam catatan Bisnis, fenomena penurunan ini terjadi setelah sejumlah decacorn Tanah Air berhasil mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia seperti PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA), hingga yang terbaru PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI). 

Eddi menambahkan, secara investasi, industri startup masih bagus dibandingkan pada tahun sebelumnya. Namun demikian pada tahun 2023 mendatang masih akan menjadi tanda tanya seiring dengan adanya potensi perlambatan ekonomi yang salah satunya dipengaruhi resesi global.

“Tapi kalau 2022 ada peningkatan dibandingkan 2021, baik dari sisi jumlah deal maupun value of the deals. Nah 2023 mungkin kami harus lebih telaten untuk melihat angka nya nanti,” ujar Eddi.

Berdasarkan catatan Bisnis sebelumnya, Eddi yang juga menjabat sebagai Chief Executive Officer BNI Ventures memproyeksikan industri fintech pada tahun depan secara umum masih akan dibutuhkan oleh masyarakat karena layanan fintech berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat.

“Daya tarik fintech masih tetap bagus, kita mau bayar, melakukan pinjaman, transaksi dan lainnya pasti berhubungan dengan fintech,” ujar dia.

Meskipun masih akan menarik, Eddi menilai bahwa promo yang dilakukan fintech sudah tidak ramai seperti dahulu yang mendapatkan banyak perhatian baik dari masyarakat maupun investor, hal ini seiring dengan pendanaan untuk investasi di fintech sudah mulai berkurang.

“Investor saat ini lebih selektif dibandingkan dulu yang sering melakukan pendanaan untuk fintech dengan jumlah yang besar. Untuk saat ini sudah lewat masanya,” ujar dia.

Eddi menambahkan, minat investor terhadap industri fintech masih akan tetap ramai pada tahun depan, hanya saja akan lebih selektif. “Start up yang dulunya memperoleh pendanaan Seri A US$20 juta atau seri B dengan pendanaan US$40 juta, sekarang mungkin sudah tidak bisa seperti itu. Mungkin hanya setengah nya saja. Investor saat ini tengah wait and see,” ujar dia. (223)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper