Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bunga Penjaminan Valas Naik Cegah Dana Lari ke Singapura, Efektifkah?

Kenaikan bunga penjaminan simpanan valas sebesar 100 basis poin menjadi 1,75 persen oleh LPS diharapkan mampu mengadang aliran ke bank-bank di luar negeri.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah./Antara-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah./Antara-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan tingkat bunga penjaminan simpanan valuta asing atau valas sebesar 100 basis poin menjadi 1,75 persen oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diharapkan mampu mengadang aliran valas ke bank-bank di luar negeri.

Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan bahwa saat ini suku bunga valas di dalam negeri relatif lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga valas di luar negeri, khususnya Singapura.

Kondisi tersebut lantas mendorong pemilik valas seperti para pengusaha tambang dan perkebunan lebih memilih menempatkan dananya di luar negeri.

“Akibatnya, likuiditas valas di perbankan nasional menjadi terbatas. Bank dalam negeri tidak berani menaikkan suku bunga valas sebelum LPS menaikkan suku bunga penjaminan,” ujar Piter ketika dihubungi Bisnis, Rabu (7/12/2022).

Menurut Piter, dengan kebijakan LPS tersebut, bank bisa segera menaikkan suku bunga valas sehingga lebih kompetitif dan menahan agar valas hasil ekspor tidak ditempatkan di luar negeri.

“Kenaikan [tingkat bunga penjaminan simpanan valas] tidak akan membuat kita banjir valas, tetapi setidaknya bisa menahan agar valas tidak mengalir ke luar,” tutur Piter.

Merujuk data LPS, bunga simpanan valas maksimum hingga Oktober 2022 berada pada level 1,17 persen. Sementara itu, bunga rata-rata simpanan valas pada periode yang sama berada di level 0,86 persen.

Kondisi tersebut menjadi indikasi bahwa pemilik dana besar memperoleh penawaran bunga simpanan valas lebih tinggi dibandingkan dengan bunga penjaminan sebelumnya, yang hanya dipatok sebesar 0,75 persen.

Dari kalangan bankir, Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rudi As Aturridha menuturkan bahwa kebijakan LPS tersebut telah menyesuaikan kondisi perekonomian baik secara domestik maupun global.

Menurutnya, dalam pengelolaan likuiditas, diferensiasi pricing atas produk dana secara selektif serta pengelolaan atas pertumbuhan aset telah menjadi bagian dari strategi, yang dilakukan bank untuk mencapai tujuan finansial dengan cost of fund (CoF) dan risiko likuiditas terjaga.

Sampai dengan kuartal III/2022, posisi likuiditas valas Bank Mandiri berada di level yang optimal. Total DPK valas tumbuh 15,9 persen secara tahunan, sementara penyaluran kredit valas tetap berjalan positif seiring dengan demand dan kebutuhan ekspansi bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper