Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) diperkirakan kembali menaikkan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada Rapat Dewan Gubernur 20 dan 21 Desember 2022.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan BI akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen dalam RDG BI kali ini.
Menurutnya, pertimbangan kenaikan suku bunga tersebut adalah tingkat inflasi yang cenderung lebih rendah dari perkiraan. Pada akhir tahun, inflasi diperkirakan mencapai tingkat di bawah 5,5 persen, lebih rendah dari perkiraan awal di atas 6 persen.
“Terkendalinya inflasi selain dipengaruhi oleh tren penurunan inflasi harga bergejolak, namun inflasi inti juga menunjukkan kondisi yang terkendali,” katanya kepada Bisnis, Rabu (21/12/2022).
Di samping itu, Josua mengatakan bahwa rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang Desember 2022 menguat terbatas dibandingkan dengan rata-rata nilai tukar rupiah pada November lalu.
Dia menyampaikan, stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga ditopang oleh kondisi keseimbangan eksternal yang baik, terindikasi dari surplus neraca perdagangan, serta potensi berlanjutnya surplus transaksi berjalan dalam jangka pendek ini.
Baca Juga
Sebelumnya, BI menilai bahwa tingkat inflasi akan menurun ke kisaran 3 persen pada akhir 2023, seiring mulai meredanya pengetatan kebijakan moneter The Fed. BI juga berjanji tak akan menaikkan suku bunga acuan secara berlebihan.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa kenaikan inflasi tidak akan terus terjadi karena adanya berbagai upaya penanganan di dalam negeri. The Fed pun tidak akan seterusnya menjaga inflasi di tingkat tinggi, sehingga dia meyakini imbas terhadap Indonesia akan mereda secara perlahan.
Dia memperkirakan bahwa inflasi inti akan mengalami penurunan lebih cepat, yakni di bawah 3 persen pada semester I/2023. Inflasi secara keseluruhan akan menyusul penurunan itu, sehingga angka inflasi secara tahunan bisa berada di kisaran 3 persen.
"Akhir tahun depan inflasi kami perkirakan adalah di sekitar 3 persen, Indeks Harga Konsumen [IHK] ya. Kalau inflasi inti sudah di bawah 3 persen pada semester I/2023, tetapi kalau IHK karena dampak based, akhir tahun depan sekitar 3 persen," ujar Perry dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia Tahun 2023, Rabu (21/12/2022).