Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) masih memproyeksikan pertumbuhan pesat kredit perbankan di tengah tantangan ekonomi global tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan terbarunya, BRI telah menyalurkan kredit Rp1.014,32 triliun per November 2022, naik 6,54 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp951,98 triliun.
Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan bahwa perseroan optimis tahun ini pertumbuhan kredit akan tetap pesat. "Secara umum, pada tahun ini BRI menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 9-11 persen yoy," katanya kepada Bisnis pada Rabu (11/1/2023).
Dalam upaya mencapai targetnya itu, BRI menyiapkan sejumlah strategi pada tahun ini. BRI misalnya menyalurkan kredit secara selektif dan berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi kuat serta eksposur minimum terhadap gejolak ekonomi, seperti pertanian hingga industri bahan kimia.
"BRI juga menerapkan strategi business follow stimulus dengan memfokuskan pertumbuhan berdasarkan stimulus pemerintah untuk penguatan pertumbuhan ekonomi domestik," kata Aestika.
Selain itu, BRI fokus pada kredit dengan hasil tinggi atau high yield loan, yaitu segmen mikro dan consumer.
Baca Juga
Sementara itu Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menilai pertumbuhan kredit tahun ini akan serupa dengan 2022. Hal ini disebabkan masih ada sejumlah sektor potensial yang dinilai mampu mengerek kinerja kredit perbankan.
“Untuk tahun 2023, kami cukup optimistis melihat bahwa tahun ini kredit kami secara tahunan sudah naik 12,6 persen [September]. Mudah-mudahan dengan persentase yang kurang lebih sama, kami bisa di tahun 2023. Pun kita tahu tantangan pasti ada,” ujarnya dalam konferensi pers pekan lalu.
Terpisah Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan bahwa pertumbuhan kredit pada tahun ini disokong oleh permintaan modal kerja.
BCA sendiri mencatatkan penyaluran kredit Rp680,41 triliun per November 2022, tumbuh 13,02 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp601,99 triliun. BCA menargetkan total kredit selama 2022 tumbuh di kisaran 8-10 persen.
"Pertumbuhan kredit BCA terjadi di seluruh segmen, baik kredit untuk bisnis maupun kredit konsumsi, sejalan dengan pemulihan yang semakin luas di berbagai sektor ekonomi," kata Hera.
Sama seperti BRI, BCA juga akan menjalankan penyaluran kredit secara prudent dengan mengkaji peluang di berbagai sektor. "BCA berkomitmen untuk memberikan penyaluran kredit kepada sektor-sektor potensial dengan mempertimbangkan faktor risk appetite," ujar Hera.
Sebelumnya, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut bahwa pertumbuhan kredit perbankan diperkirakan masih akan meningkat secara bertahap pada 2023 seiring pemulihan aktivitas bisnis masyarakat.
"Sementara pertumbuhan penyaluran kredit bank juga diperkirakan masih akan dilakukan secara selektif dengan pengelolaan pencadangan yang memadai," tulis LPS dalam laporan likuiditas bulanannya.
Upaya selektif perbankan dalam menyalurkan kredit seiring dengan kekhawatiran ancaman resesi global dan inflasi. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar juga telah memperingati pelaku industri perbankan untuk mewaspadai perlambatan ekonomi di tingkat global yang menimbulkan kerawanan bagi sektor komoditas ataupun industri tertentu.
Oleh sebab itu, eksposur kredit perbankan yang menyasar dua sektor tersebut perlu dikawal dengan baik.
Menghadapi kondisi itu, otoritas pun telah menyiapkan sejumlah strategi sebagai langkah mitigasi. “Dalam menghadapi situasi tersebut, tentunya kami sudah menyiapkan sejumlah strategi, salah satunya adalah melakukan pengawalan pada sektor komoditas dan industri tertentu,” tuturnya.