Bisnis.com, JAKARTA — Tabungan persiapan dana pensiun kerap diabaikan oleh pekerja muda, terutama kalangan milenial sampai generasi z (gen z), sebab merasa masa pensiunnya masih jauh di depan mata.
Pengamat industri dana pensiun yang saat ini menjadi staf ahli Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi menekankan setiap anak muda harus lah punya awareness soal tabungan pensiun dan jangan hanya mengandalkan program pensiun dasar dari BPJamsostek.
"Pensiun dari BPJamsostek itu lapis pertama, tapi tentu nilainya tidak akan cukup. Maka dari itu, ada program pensiun dari perusahaan pemberi kerja, ditambah lapis ketiga dari kesadaran menabung masing-masing individu. Nah, kesadaran akan tiga hal ini belum kuat di kalangan para pekerja di Tanah Air," jelasnya ketika dihubungi Bisnis, dikutip Kamis (12/1/2023).
Padahal, banyak kasus pesangon pensiun dari perusahaan tidak dibayarkan sesuai standar. Karyawan muda pun biasanya jarang memberikan tekanan kepada perusahaannya dalam rangka mendorong perbaikan kebijakan masa pensiun karyawan.
Hal ini diperkuat dengan prinsip khas kebanyakan milenial dan Gen Z di Tanah Air, yaitu menikmati hidup saat ini, serta lebih memilih potongan gaji setiap bulan untuk tabungan bisa ditekan sampai seminimal mungkin.
Oleh sebab itu, mempersiapkan dana pensiun secara mandiri terbilang penting mempertahankan gaya hidup tetap stabil, serta membantu menekan tren penciptaan generasi 'sandwich' berikutnya, minimal untuk anak kita sendiri.
Baca Juga
Perencana Keuangan sekaligus Founder dan CEO PT Solusi Finansialku Indonesia (Finansialku) Melvin Mumpuni sepakat bahwa bagi para anak muda di usia sekitar 30 tahun, beragam layanan finansial untuk persiapan masa pensiun harus mulai dipelajari sebagai bahan perbandingan.
Terkait program pensiun yang sudah rapi, ada layanan dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Suatu DPLK mampu memperkirakan seberapa besar kemampuan pekerja bersangkutan untuk ditabung menjadi 'gaji' di kala pensiun, namun tetap sesuai kebutuhan.
Sementara itu untuk investasi secara mandiri, pekerja muda bisa memilih reksa dana dengan profil risiko menengah ke sampai tinggi, membeli saham emiten prospektif, atau mempelajari alternatif investasi, seperti pendanaan bisnis UMKM via securities crowdfunding (SCF).
"Untuk persiapan pensiun bagi para pekerja di usia 30-an, memungkinkan untuk menempatkan dana ke berbagai instrument investasi yang lebih berisiko, karena jangka waktu tujuan investasi terbilang lama, lebih dari 20 tahun," ujarnya kepada Bisnis.
Akan tetapi, Melvin menambahkan apabila pekerja muda ingin menginvestasikan dana pensiun secara mandiri, baiknya pastikan kondisi keuangan saat ini telah sehat dan sudah punya rencana investasi yang matang.
Selain itu, sesuai piramida perencanaan keuangan, para pekerja muda harus telah mempersiapkan dana darurat, asuransi, dan berbagai rencana investasi untuk kebutuhan keluarga semasa bekerja, sebelum akhirnya mulai memperbesar porsi investasi untuk masa pensiun.
"Cara mengumpulkan tabungan pensiun bisa lewat investasi secara rutin alias dollar cost averaging. Setelah sudah benar-benar masuk ke suatu instrumen investasi, penting juga untuk review secara berkala minimal sebulan sekali untuk monitoring kinerja investasi," tutupnya.