Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Saham 4 Bank Jumbo Kompak Lesu Sejak Awal Tahun Ini, Ada Apa?

Saham Bank Mandiri (BMRI)jatuh 7,30 persen sepanjang tahun berjalan (ytd), sedangkan BRI (BBRI) 8,91 persen ytd.
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Harga saham empat bank jumbo di Indonesia yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) lesu sejak awal tahun ini. 

Harga saham Bank Mandiri misalnya jatuh 7,30 persen sejak 1 Januari hingga penutupan perdagangan kemarin (12/1/2023) atau secara year to date (ytd). Begitu juga dengan harga saham BRI yang turun 8,91 persen ytd. 

Lalu, harga saham BNI turun 6,78 persen ytd dan harga saham BCA turun 4,39 persen ytd.

Meskipun, pada penutupan perdagangan Kamis (12/1/2023), harga saham keempat bank jumbo itu rebound. Harga saham BMRI misalnya naik 2,79 persen dalam 24 jam terakhir dan terparkir di level Rp9.200. 

Kemudian, harga saham BBRI naik 2,74 persen dan terparkir di level Rp4.500 pada penutupan perdagangan kemarin. Lalu, harga saham BBNI terparkir di level Rp8.600 dan naik 1,18 persen dalam 24 jam terakhir. Sementara BBCA naik 0,62 persen dan terparkir di harga Rp8.175.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan bahwa empat emiten bank jumbo ini telah mencatatkan return dobel digit pada tahun lalu. Saham bank jumbo juga mencapai harga all time high pada tahun lalu.

"Sejak harga all time high itu, ada aksi profit taking oleh investor lokal maupun asing yang jual saham karena sudah naik tertinggi. Hal itu membuat harga emiten bank besar masih melandai dan dalam downtrend hingga saat ini," katanya kepada Bisnis pada Jumat (13/1/2023).

Meski begitu, secara fundamental emiten bank jumbo tetap solid. Berdasarkan rasio keuangannya, bank jumbo mengalami penurunan loan to asset ratio dan liquidity coverage ratio. "Ini katalis yang positif," ujar Arjun.

Berdasarkan price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV), rata-rata emiten bank jumbo itu juga tercatat undervalued.

Dengan fundamental seperti itu, saham bank jumbo pun menurutnya masih prospektif tahun ini. Apalagi, di tengah tren suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang tinggi, bank besar mendapatkan keuntungan.

BI memang telah menaikan suku bunga acuannya secara berturut-turut sejak Agustus 2022 hingga November 2022. Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16–17 November 2022, suku bunga acuan BI menjadi 5,25 persen.

"Dalam kondisi pasar saat ini yang sedang mengalami tren kenaikan suku bunga secara signifkan, justru bisa memberikan katalis positif terhadap emiten perbankan dengan modal solid sehingga dapat menerima manfaat kenaikan net interest margin [NIM]," kata Arjun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper