Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dana Murah Bank Jumbo Kian Tebal Seiring Kenaikan BI Rate, Siapa Jawaranya?

Simak dana murah dari 4 bank jumbo di Indonesia yang jumlahnya kian tebal seiring kenaikan suku bunga Bank Indonesia atau BI Rate.
Ilustrasi dana murah atau current account saving account (CASA) perbankan.
Ilustrasi dana murah atau current account saving account (CASA) perbankan.

Bisnis.com, JAKARTA - Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate dalam tren yang tinggi. Penghimpunan dana murah atau current account saving account (CASA) pun menjadi andalan perbankan di tengah tren kenaikan suku bunga acuan BI itu.

Hal ini juga terjadi di empat bank jumbo Tanah Air, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Keempat bank yang mempunyai modal inti lebih dari Rp70 triliun itu mencatatkan pertumbuhan dana murah signifikan.

Bank Mandiri misalnya, berdasarkan laporan keuangan bulanannya mencatatkan pertumbuhan dana murah 17,09 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp867,36 triliun per November 2022.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan bahwa dalam menjaga kinerja bisnis serta likuiditas di tengah tren suku bunga acuan BI yang tinggi, Bank Mandiri mengeksekusi strategi pendanaan.

"Bank Mandiri juga akan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain opsi intrumen yang tersedia, timing yang tepat, serta kondisi pasar," ungkap Rudi kepada Bisnis pada Minggu (22/1/2023).

Begitu juga dengan BRI yang mencatatkan peningkatan pertumbuhan dana murah 13,97 persen yoy per November 2022 menjadi Rp793,86 triliun.

"Salah satu strategi BRI di tahun ini yakni dengan terus memperbesar porsi dana murah," kata Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto. 

Menurutnya, semakin tebal dana murah, semakin murah juga biaya dana (cost of fund). Dengan begitu, dia mengatakan BRI dapat memberikan suku bunga yang kompetitif kepada masyarakat. 

Sementara itu, Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan bahwa rasio dana murah BNI juga terus mengalami improvement.

"Ini terutama didorong oleh basis nasabah yang kuat didukung oleh kemudahan transaksi," kata Okki.

BNI mencatatkan peningkatan dana murah 11,46 persen yoy per November 2022 menjadi Rp520,54 triliun.

BCA pun mencatatkan peningkatan dana murah mereka 11,94 persen yoy menjadi Rp840,91 triliun per November 2022.

Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bahwa salah satu upaya perbankan yang bisa dilakukan untuk menjaga kinerja bisnisnya di tengah tren suku bunga acuan BI yang tinggi adalah dengan mempertebal dana murah.

"Perbanyak dana murah agar tidak keluar biaya dana yang besar. Strategi untuk memperbanyak dana murah bisa macam-macam, seperti dengan berbagai penawaran promo menarik atau program bundling," katanya.

Berikut perolehan dana murah empat bank jumbo dan porsinya terhadap dana pihak ketiga (DPK)

1. BRI

BRI mencatatkan DPK Rp1.233,82 triliun per November 2022 tumbuh dibandingkan dengan November 2021 Rp1.121,97 triliun. 

Sementara, dana murah di BRI mencapai Rp793,86 triliun tumbuh 13,97 persen yoy per November 2022. Porsi dana murah terhadap DPK di BRI telah mencapai 64,34 persen per November 2022. Porsinya itu semakin tebal jika dibandingkan dengan November 2021 yang mencapai 62,08 persen.

 

2. Bank Mandiri

Bank Mandiri mencatatkan DPK Rp1125,04 triliun per November 2022, naik dibandingkan November 2021 yang mencapai Rp987,27 triliun.

Dana murah di Bank Mandiri juga tumbuh 17,09 persen yoy per November 2022 menjadi Rp867,36 triliun. Dana murah di Bank Mandiri berkontribusi terhadap 77,09 persen DPK. Porsinya itu juga semakin tebal dibanding November 2022 sebesar 75,03 persen.

 

3. BCA

Bank swasta ini mencatatkan DPK Rp1.024,09 triliun per November 2022, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp949,15 triliun. 

Dana murah di BCA tumbuh 11,94 persen yoy menjadi Rp840,91 triliun. Porsinya terhadap DPK pun semakin tebal menjadi 82,11 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 79,14 persen.

 

4. BNI

BNI mencatatkan perolehan DPK Rp743,07 triliun per November 2022, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp682,16 triliun. 

Dana murah di BNI naik 11,46 persen yoy menjadi Rp520,54 triliun dengan porsinya terhadap DPK mencapai 70,05 persen. Porsinya ini semakin tebal dibanding November 2021 yang mencapai 68,45 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper