Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) melaporkan posisi cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) terhadap kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) mencapai 311 persen hingga akhir 2022.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Siddik Badruddin menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas kredit masa relaksasi, Bank Mandiri juga telah melakukan pembentukan tambahan CKPN sebesar 3 triliun pada Desember 2022.
"Portofolio restrukturisasi Covid-19 Bank Mandiri terus menunjukkan tren perbaikan tercermin dari outstanding balance portofolio restrukturisasi Covid-19 yang terus menurun dari titik tertinggi di bulan Juni 2021 di level Rp96,5 triliun menjadi Rp35,9 triliun pada Desember 2022," jelas Siddik dalam konferensi pers RUPST Bank Mandiri, Selasa (14/3/2023).
Siddik melanjutkan, dari total restrukturisasi Rp96,5 triliun yang menjadi NPL sebesar 1,78 persen. Kemudian dari sisanya sebesar lebih dari 85 persen telah melakukan pembayaran, baik berupa partial payment maupun full payment.
"Oleh karena itu kami perkirakan hampir semua portofolio restrukturisasi tersebut akan recovery dalam tahun ini atau tahun depan dan akan kembali membayar kewajibannya secara kontraktual. Sebagian dari mereka juga sudah lunas ataupun sudah selesai program restrukturisasinya," tambahnya.
Adapun, debitur yang masih memerlukan program restrukturisasi lanjutan di luar tenggat waktu yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni pada akhir Maret 2023 mendatang, maka debitur tersebut dapat tetap di restrukturisasi dengan menggunakan skema restrukturisasi regular.
Baca Juga
Lebih lanjut, pemberian restrukturisasi reguler dapat direalisasikan dengan syarat debitur masih dipandang mampu untuk menyelesaikan kreditnya.
"Kami terus memantau secara ketat kondisi usaha debitur yang masih dalam program restrukturisasi, memantau indikator watchlist, serta memantau pemenuhan kewajiban dari debitur tersebut kepada bank, khususnya debitur yang masih dalam restrukturisasi Covid-19," pungkas Siddik.
Dengan demikian Bank Mandiri menargetkan bahwa guidance biaya kredit (cost of fund/CoF) dapat dipertahankan pada level 1,3 persen hingga 1,5 persen.
Mengutip laporan tahunan yang dibagikan perseroan, kredit restrukturisasi pada segmen korporasi menjadi yang tertinggi dengan sisa tercatat sebesar Rp11,8 triliun per Desember 2022.
Selanjutnya, sisa kredit restrukturisasi segmen komersial sebesar Rp7,9 triliun. Sedangkan, segmen konsumer menempati posisi ketiga dengan sisa kredit restrukturisasi terbesar senilai Rp7,1 triliun per Desember 2022.
"Berbicara mengenai biaya pinjaman, Bank Mandiri membukukan rasio biaya terhadap kredit cost of credit per Desember 2022 sebesar 1,21 persen (Bank only) dan 1,44 persen (consolidated)," jelas manajemen BMRI dalam laporan tahunannya dikutip Rabu (8/3/2023).
Adapun, pencapaian rasio tersebut dilaporkan sejalan dengan ekspektasi perseroan serta berada dalam rentang panduan manajemen sebesar 1,4 persen sampai 1,7 persen.