Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Restrukturisasi Covid-19 Sisa Rp405,4 Triliun, Bagaimana Langkah OJK?

Berikut langkah OJK menyikapi restrukturisasi kredit Covid-19 yang masih sisa Rp405,4 triliun.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar memberikan sambutan saat pembukaan perdagangan padar modal di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/2/2022). BPMI Setpres/Kris
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar memberikan sambutan saat pembukaan perdagangan padar modal di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/2/2022). BPMI Setpres/Kris

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat masih ada Rp405,42 triliun restrukturisasi kredit Covid-19 per Maret 2023, meski program tersebut telah dihentikan sejak Maret 2023. 

OJK sendiri hanya memperpanjang restrukturisasi secara terbatas, yakni kepada tiga segmen dan wilayah tertentu saja. Perpanjangan restrukturisasi Covid-19 itu akan berlangsung hingga 2024.

Tiga segmen yang diperpanjang restrukturisasinya adalah UMKM, penyediaan akomodasi dan makan-minum, serta beberapa industri yang menyediakan lapangan kerja besar. Sementara, berdasarkan wilayah, OJK masih mempertimbangkan bahwa Provinsi Bali belum pulih sepenuhnya dari Covid-19.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan dengan masih adanya sisa kredit restrukturisasi itu, OJK terus mengamati perkembangan di setiap bank. Hal ini sebagai langkah antisipasi meningkatnya rasio risiko kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) di perbankan.

Meski begitu, menurutnya sejauh ini perbankan pun telah melakukan sejumlah antisipasi termasuk pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).

"Kecukupan CKPN meningkat untuk cover keseluruhan kredit jatuh tempo, termasuk NPL sangat bisa dikatakan memadai. Selama 1,5 tahun ini CKPN yang dibangun tiap bank dan sistem menyeluruh begitu tinggi," katanya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada Senin (8/5/2023).

Sementara itu, terkait dengan kondisi ke depannya, setiap bank membangun lebih lanjut CKPN untuk antisipasi kredit restrukturisasi yang diperpanjang berakhir 2024.

"Kami memantau terus, tapi kami lihat kinerja menyeluruh termasuk kuartal I/2024 tetap optimis pencadangan di CKPN memadai," katanya.

Di sisi lain, menurutnya kredit yang mengalami restrukturisasi Covid-19 terus menurun. Nilai kredit restrukturisasi Covid-19 dari Rp630,11 triliun per Maret 2022 menjadi Rp405,42 triliun per Maret 2023.

Jumlah peserta kredit restrukturisasi dari yang semula tertinggi mencapai 5,8 juta peserta menjadi tinggal 1,83 juta peserta.

"Ini menunjukkan bahwa sebagian besarnya telah bisa menyelesaikan program itu. Jadi bukan hanya dari perbankannya, tapi dari segi bagaimana program restrukturisasi mengembalikan kondisi lebih baik di debitur," katanya.

Sisa Restrukturisas Kredit Covid-19 di BRI, BNI, Bank Mandiri 

Di sejumlah perbankan, outstanding kredit restrukturisasi kredit Covid-19 juga telah menyusut. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) misalnya mencatatkan sisa kredit restrukturisasi Rp99,8 triliun per Maret 2023 atau 9,4 persen dari total kredit.

Kredit restrukturisasi Covid-19 itu turun dari outstanding pada kuartal I/2022 yang mencapai Rp144,3 triliun atau 14,8 persen dari total kredit.

Direktur Manajemen Risiko BRI, Agus Sudiarto mengatakan penyusutan kredit restrukturisasi Covid-19 di BRI terjadi karena kondisi keuangan nasabah yang telah pulih dari kendala selama pandemi Covid-19.

"Penurunan terjadi karena banyak nasabah yang berhasil melakukan pembayaran," katanya beberapa waktu lalu.

Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan sisa kredit restrukturisasi Covid-19 Rp44,8 triliun pada Maret 2023 atau 3,7 persen dari total kredit. Angkanya susut dari Rp85,9 triliun pada Maret 2022 atau 8 persen dari total kredit. 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI mencatatkan portofolio restrukturisasi kredit akibat Covid-19 hingga akhir kuartal I/2023 tersisa Rp45,8 triliun atau 7,3 persen dari total kredit. Angkanya turun dari kuartal I/2022 yang masih mencapai 12 persen dari total kredit. 

Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini mengatakan penurunan ini terutama berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi seperti restoran, hotel, tekstil dan konstruksi, mengindikasikan bahwa bisnis debitur kembali pulih. 

“Penurunan tersebut berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi dan mengindikasikan bisnis debitur mulai pulih,” kata Novita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper