Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siasat Bank Digital (AGRO Hingga BBHI) Kelola IT di Tengah Ancaman Serangan Ransomware

Di tengah pesatnya digitalisasi, perbankan menjadi sektor yang rawan terkena serangan siber seperti ransomware.
Ilustrasi Data Center - Dok. Telkom.
Ilustrasi Data Center - Dok. Telkom.

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah pesatnya digitalisasi, perbankan menjadi sektor yang rawan terkena serangan siber. Sejumlah bank digital pun ancang-ancang mengelola sistem digitalnya agar mampu mencegah ancaman serangan siber seperti ransomware.

PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) misalnya melakukan penguatan sistem keamanan infrastruktur digital dan rutin meningkatkan fitur kemananan di berbagai layanan digitalnya untuk menangkal upaya serangan siber.

Sekretaris Perusahaan Bank Raya Ajeng Putri Hapsari mengatakan Bank Raya juga melakukan monitoring rutin terkait potensi serangan siber di sistem keamananan layanan digital dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk fraud detection system. 

Selain dari sisi teknologi, Bank Raya juga edukasi kepada nasabah. Sebab, serangan siber bisa saja dilakukan dengan menyasar kelemahan nasabah.

"Dalam mendukung upaya perlindungan data dan transaksinya, nasabah dapat melakukannya dengan selalu menjaga kerahasiaan data pribadi, seperti nomor kartu, PIN, CVV/CVN, OTP/token, serta berhati-hati dalam melakukan transaksi," katanya kepada Bisnis pada Kamis (17/5/2023).

Kemudian, anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) ini juga menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) IT untuk pengembangan layanan digital. "Bank Raya terus berkembang sesuai dengan pengembangan fitur yang didasarkan pada kebutuhan nasabah dalam bertransaksi," ujarnya.

Ia mengatakan Bank Raya sebagai bank digital juga melakukan belanja modal dengan efisien dan tepat sasaran sesuai kebutuhan.

Sebelumnya, IT Security Head Allo Bank (BBHI), Mochamad Riza Achrullah mengatakan kejahatan siber memang dirasakan oleh bank digital seperti Allo Bank. Perseroan pun kemudian mengembangkan tim khusus terkait keamanan siber.

Bank digital besutan konglomerat Chairul Tanjung ini juga rutin menerbitkan informasi berupa perhatian menjaga keamanan data pribadi kepada nasabah. 

Kemudian, Allo Bank menerapkan sistem keamanan siber dalam operasional perbankan. "Keamanan yang baik kita lakukan dari ujung ke ujung," ujarnya. Perseroan juga melakukan monitoring terhadap sistem keamanan siber secara real-time.

Direktur Utama Bank Neo Commerce (BBYB) Tjandra Gunawan juga mengatakan bank digital tak luput dari ancaman kejahatan siber. "Tidak dapat dipungkiri, marak penipuan yang dilakukan oknum dengan sasaran pada masyarakat yang awam terhadap teknologi. Oleh karenanya Bank Neo mengambil langkah aktif untuk terus mengingatkan masyarakat terkait cyber-hygiene,” imbuhnya.

Sosok yang tengah menunggu persetujuan RUPS untuk pengunduran diri itu mengatakan keamanan siber dan proteksi data nasabah selalu menjadi perhatian utama. Perseroan menyadari perlu terus mengembangkan teknologi perbankan digital demi mengurangi celah keamanan yang bisa merugikan nasabah.

Perseroan juga menerapkan edukasi secara berkala dan mengimbau penggunanya untuk selalu menerapkan cyber-hygiene, yakni dengan membangun kebiasaan untuk menjaga keamanan data pribadi masing-masing dan melindungi diri dari tindakan kejahatan siber seperti serangan malware ataupun hacker.

Dari segi penguatan infrastruktur, Bank Neo Commerce menggaet perusahaan teknologi global seperti Huawei. Keduanya telah bekerja sama meliputi perlindungan untuk server dan network perangkat atau lebih dikenal dengan firewall. 

Perseroan juga memanfaatkan sistem pengelolaan data dari Tencent Cloud yang akan membantu menjaga data dan privasi nasabah dengan efektif dan juga aman dari data breaching di sisi sistem, melalui solusi Tencent yang disebut Tencent Distributed Database (TDSQL).

Sebagaimana diketahui, sektor perbankan menjadi sektor yang rawan terkena serangan siber. Berdasarkan data dari Checkpoint Research 2022, sektor jasa keuangan termasuk perbankan mendapatkan 1.131 kali serangan siber setiap pekannya. 

Sementara itu, data International Monetary Fund (IMF) pada 2020 menyebutkan total kerugian rata-rata tahunan akibat serangan siber di sektor jasa keuangan secara global mencapai sekitar US$100 miliar.

Deputi Direktur Pengawasan Bank Pemerintah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pardiyono mengatakan tingkat ancaman serangan siber kepada sektor perbankan semakin tinggi seiring dengan pesatnya digitalisasi. Bank digital yang mengandalkan platform digital dalam menawarkan layanannya pun tak luput dari ancaman tersebut. 

Bank Indonesia (BI) melaporkan perkembangan transaksi digital banking yang pesat seiring dengan tren transformasi digital yang dijalankan perbankan. Tercatat, nilai transaksi digital banking mencapai Rp4.944,1 triliun pada Maret 2023, naik 9,88 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper