Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos OJK Ungkap Kesehatan Bank RI di Tengah Ancaman Krisis Perbankan Global

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menjelaskan kondisi kesehatan perbankan RI di tengah dampak dari krisis perbankan AS dan Eropa yang belum berlalu.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar memberikan keterangan dalam konferensi pers triwulanan KSSK di Jakarta, Senin (1/8/2022). Dok: Youtube Kemenkeu
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar memberikan keterangan dalam konferensi pers triwulanan KSSK di Jakarta, Senin (1/8/2022). Dok: Youtube Kemenkeu

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan ancaman krisis perbankan global yang ditimbulkan oleh bangkrutnya bank-bank di Amerika Serikat (AS) belum berlalu. Namun, kondisi perbankan di Indonesia saat ini masih stabil.

Dia mengatakan saat ini perkembangan perekonomian global memang lebih stabil dari sebelumnya. Pasar keuangan global saat ini juga relatif lebih baik dibandingkan beberapa bulan sebelumnya. "Meskipun, belum bisa dikatakan badai sudah berlalu," ujarnya dalam agenda rapat kerja di Komisi XI DPR pada Senin (5/6/2023).

Untuk itu, regulator masih mewaspadai setiap dinamika perekonomian global yang terjadi saat ini. "Tekanan inflasi global memang agak mereda, tetapi di tingkat yang tinggi. Jadi, masih ada potensi pengetatan moneter yang berdampak ke ekonomi di ambang resesi," ujarnya.

Mahendra juga mengatakan potensi transmisi dari kondisi global tersebut terhadap sektor jasa keuangan masih memungkinkan terjadi. "Sektor jasa keuangan dapat tertekan kepada inflasi global, tingkat suku bunga tinggi, dan pengetatan likuiditas global," ujarnya.

Namun, dia mengatakan di tengah volatilitas tersebut, stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga, termasuk industri perbankan. "Profil risiko terjaga, likuiditas juga memadai," ujarnya.

Mahendra menjelaskan risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) tetap terjaga. Per April 2023, NPL gross perbankan mencapai 2,53 persen, turun 47 basis poin (bps) dibandingkan posisi NPL gross April 2022 sebesar 3 persen. 

NPL net per April 2023 juga turun 5 bps secara tahunan menjadi 0,78 persen dibandingkan posisi April 2022 sebesar 0,83 persen.

Permodalan perbankan pun menurutnya ada di level yang solid. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan per April 2023 mencapai 24,57 persen, naik dibandingkan April 2022 sebesar 24,28 persen.

Likuiditas yang tercermin dari rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) masing-masing berada di level 118,25 persen dan 26,58 persen. Rasio likuiditas tersebut terpantau berada jauh di atas ambang batas ketentuan AL/NCD sebesar 50 persen dan AL/DPK sebesar 10 persen.

Sebagaimana diketahui, guncangan industri perbankan di AS terjadi sejak kuartal I/2023. Terbaru, kebangkrutan bank melanda bank regional AS First Republic Bank. Simpanan nasabahnya anjlok lebih dari US$100 miliar setara Rp1.492 triliun pada kuartal I/2023 sebelum kini diambil alih oleh JPMorgan Chase & Co.

Sebelumnya, Silicon Valley Bank (SVB) di AS dilaporkan bangkrut usai gagal mengumpulkan dana tambahan sebesar US$2,25 miliar dalam 48 jam. Regulator bank AS juga telah mengumumkan penutupan Signature Bank.

Tidak hanya di AS, sentimen negatif merembet ke pasar Eropa setelah Credit Suisse mengalami gejolak. Bank Sentral Swiss bahkan memberikan bantuan likuiditas kepada Credit Suisse Group AG setelah sahamnya anjlok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper