Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan inflasi di dalam negeri dinilai masih berpotensi meningkat menjelang akhir tahun meski saat ini dalam tren melandai hingga Juli 2023.
Berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) terbaru, responden memperkirakan tekanan inflasi akan menurun pada September 2023, namun diperkirakan meningkat pada Desember 2023.
Tercatat, Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) September 2023 sebesar 115,9, lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 117,7.
Sementara itu, IEH Desember 2023 tercatat sebesar 130,0, lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 123,0.
Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya menyampaikan bahwa tingkat inflasi di dalam negeri diperkirakan akan melandai ke sekitar 3 persen pada akhir 2023.
“Indef memproyeksikan inflasi akhir 2023 akan mencapai sekitar 3 persen,” katanya, dikutip Kamis (10/8/2023).
Baca Juga
Per Juli 2023, inflasi nasional tercatat telah kembali ke sasaran target BI 2-4 persen, yaitu mencapai 3,08 persen secara tahunan. Namun, Berly mengatakan beberapa inflasi menurut kelompok pengeluaran masih cukup tinggi.
Pada Juli 2023, inflasi pada sektor transportasi masih tercatat sebesar 9,58 persen, sedangkan inflasi penyediaan makanan dan minuman/restoran mencapai 3,07 persen.
Berly mengatakan, inflasi hingga akhir tahun cenderung menurun, tapi perlu antisipasi faktor produksi bahan pangan. Inflasi global pun dinilai relatif terkendali dan cenderung ke bawah tetapi angkanya masih relatif tinggi dibandingkan 2021. \
Di tengah inflasi global yang cenderung turun, kekhawatiran juga muncul dari gejolak geopolitik, salah satunya keputusan Rusia untuk tidak melanjutkan Black Sea Grain Initiative.
Lebih lanjut, di dalam negeri, dinilai terdapat potensi gagal panen pada lahan pertanian tanah hujan serta kebakaran hutan dan lahan yang cukup tinggi akibat fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD).