Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Bank Jumbo Aktif Transaksi Saham, Simak Pergerakan Harga di Pasar Modal

Sejumlah komisaris dan direksi bank jumbo seperti Bank Mandiri (BMRI) hingga Bank Central Asia (BBCA) aktif mentraksaksikan saham di Bursa Efek Indonesia.
Logo empat bank jumbo di Indonesia: BCA, BNI, BRI, Bank Mandiri.
Logo empat bank jumbo di Indonesia: BCA, BNI, BRI, Bank Mandiri.

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah komisaris dan direksi bank-bank jumbo seperti di PT Bank Mandiri (persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. (BBNI) hingga PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) terlibat dalam transaksi atas kepemilikan sahamnya pada sepekan terakhir. 

Berdasarkan keterbukaan informasi, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo misalnya menyerok 729.700 lembar saham dalam dua kali transaksi. Pertama, Sigit membeli saham pada awal pekan ini atau 14 Agustus 2023 di harga Rp5.875 sebanyak 389.400 lembar. 

Kedua, Sigit membeli 340.300 lembar saham pada 15 Agustus 2023 dengan harga Rp5.825 per lembar. Alhasil, Sigit menggelontorkan dana Rp4,26 miliar untuk transaksi pembelian saham BMRI itu.

"Tujuan transaksi adalah untuk investasi," ujar Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha dalam keterbukaan informasi pada beberapa waktu lalu.

Sebelum Sigit, jajaran Direksi Bank Mandiri lainnya yakni Agus Dwi Handaya sebagai Direktur Kepatuhan dan SDM Bank Mandiri dan Timothy Utama sebagai Direktur Teknologi Bank Mandiri juga menyerok saham BMRI. Agus membeli saham BMRI sebanyak 350.000 lembar dan Timothy menyerok saham BMRI sebanyak 100.000 lembar. 

Sementara di bank jumbo lainnya yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), jajaran Komisaris serta Direksi kompak menambah pundi saham sebagai bagian dari imbalan remunerasi.

Dua Komisaris BNI yakni Fadlansyah Lubis dan Susyanto bertransaksi masing-masing 21.742 lembar dan 64.480 lembar saham.

Sementara, seluruh jajaran Direksi BNI termasuk Direktur Utama BNI Royke Tumilaar kompak menyerok saham. Kesemua Komisaris dan Direksi BNI itu meraup saham pengalihan pada 14 Agustus 2023 dengan harga Rp9.037,19 per lembar. Total, terdapat 1.462.366 lembar saham yang ditransaksikan dengan nilai mencapai Rp13,21 miliar.

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo menjelaskan transaksi tersebut sebagai bagian dari pemberian remunerasi. "Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 45/POJK.0312015 tentang Penerapan Tata Kelola Dalam Pemberian Remunerasi Bagi Bank Umum," tulis Okki dalam keterbukaan informasi.

Di BCA, mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja terlibat transaksi dengan mengalihkan saham BBCA kepada kedua anaknya, Enrica Ariestia dan Elizabeth Ariestia pada Jumat (18/8/2023). 

Baik Enrica dan Elizabeth masing-masing memperoleh 4 juta saham. Jahja mengalihkan sahamnya ke kedua anaknya itu di harga Rp9.250 per lembar saham. Artinya, Enrica dan Elizabeth menerima saham pengalihan dari Jahja masing-masing senilai Rp37 miliar. 

Di tengah ramainya aksi para bos bank jumbo bertransaksi, harga saham BMRI hingga BBCA berada di zona hijau pada 1 bulan terakhir.

Pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (22/8/2023), saham Bank Central Asia (BBCA) bertengger pada level Rp9.300. Harga saham ini mencerminkan penguatan 1,64 persen jika ditarik sebulan terakhir. 

Mengutip data grafik harga di Stockbit, harga saham BMRI ditutup naik 2,15 persen secara harian pada penutupan perdagangan hari ini di harga Rp5.950.  Dalam sebulan terakhir, harga saham BMRI menguat 7,21 persen. Meskipun demikian, sejak awal tahun hingga Selasa (22/8/2023) atau secara year to date (ytd) harga saham BMRI di level hijau, naik 20,49 persen.

Harga saham BBRI juga ditutup menguat 1,36 persen secara harian ke level Rp5.575 persen. Level harga ini dalam sebulan terakhir mengalami pelemahan 0,89 persen. Sedangkan secara YTD saham BRI menguat 14,48 persen. 

Bank jumbo terakhir, BBNI menutup hari dengan melemah 0,27 persen secara harian menjadi Rp.9.100 per lembar. Sedangkan ditarik satu bulan terakhir, level harga ini menguat 0,55 persen

Sebelumnya, mengacu riset Samuel Sekuritas, bank-bank bermodal inti lebih dari Rp70 triliun atau bank dengan KBMI IV ini masih dijagokan mencatatkan kinerja saham yang baik hingga akhir 2023.

"Kami masih memilih bank besar daripada bank kecil, karena mereka akan terus memimpin pertumbuhan pinjaman sektor perbankan, dan mereka akan dapat menikmati biaya dana [cost of fund] yang lebih rendah di tengah kondisi likuiditas yang semakin ketat," kata Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman dalam risetnya.

Sementara Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani juga mengatakan secara fundamental emiten bank jumbo tetap solid. Berdasarkan price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV), rata-rata emiten bank jumbo itu juga tercatat undervalued.

Saham bank jumbo pun menurutnya masih prospektif tahun ini. Apalagi, di tengah tren masih tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), bank besar mendapatkan keuntungan. "Ini bisa memberikan katalis positif terhadap emiten perbankan dengan modal solid sehingga dapat menerima manfaat kenaikan net interest margin [NIM]," kata Arjun.

BI memang telah menaikan suku bunga acuannya 225 basis poin (bps) sejak pertengahan tahun lalu hingga awal tahun ini. Kemudian, laju suku bunga acuannya itu tertahan tujuh kali beruntun hingga saat ini di level 5,75 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper