Kekhawatiran Cuan Lesu
Bank-bank BUMN sempat dikhawatirkan mencatatkan kinerja laba yang lesu pada semester I/2023. Empat bank yang termasuk ke dalam himpunan bank milik negara (Himbara) ini kompak mencatatkan penyusutan laba bersih mereka pada April 2023 secara bulanan (Month-on-Month/MoM).
Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman dalam risetnya menyebutkan penyusutan laba bank-bank ini didorong oleh kenaikan biaya provisi.
Meski begitu, Samuel Sekuritas masih menilai kinerja fundamental bank-bank tersebut masih meyakinkan. "BBNI telah melakukan perombakan internal yang mengesankan, yang seharusnya mengarah pada kualitas aset yang lebih baik," kata Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman dalam risetnya.
Sementara BBRI menurut riset Samuel Sekuritas diperkirakan bisa membukukan pertumbuhan kredit dua digit pada keseluruhan tahun ini.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga mengatakan laba bank BUMN tahun ini dikhawatirkan lesu, salah satunya karena tekanan likuiditas dan utang jumbo BUMN karya.
“OJK [Otoritas Jasa Keuangan] menyebut ada Rp46,21 triliun utang BUMN karya ke bank BUMN. Jika bank BUMN kemudian harus mengeluarkan pencadangan, maka imbasnya ke laba bank BUMN yang tergerus,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (29/8/2023).
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan atas kekhawatiran dari tekanan likuiditas dan utang BUMN karya, perseroan telah melakukan upaya mitigasi.
"Kami siapkan mitigasi, apakah itu pencadangan yang perlu ditingkatkan. Debitur seperti WIKA dan Waskita misalnya kita sudah meningkatkan coverage [pencadangan]," ujarnya dalam paparan kinerja Bank Mandiri pada Senin (31/7/2023).
Atas risiko tersebut, Bank Mandiri juga memastikan biaya kredit atau cost of credit secara konsolidasi tetap terjaga. "Cost of credit kami akan stabil di rentang 1,1 persen sampai dengan 1,3 persen," kata Ahmad Siddik.