Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menilai generasi muda seperti generasi milenial dan generasi Z sudah mulai menyadari akan pentingnya memiliki proteksi asuransi jiwa. Kondisi ini harus dioptimalkan oleh perusahaan asuransi.
Pengamat Asuransi Wahyudin Rahman mengatakan berdasarkan observasi dan survei yang dilakukan oleh Young Indonesia Insurance Profesionals (YIIPs) ke-10 tentang perusahaan asuransi jiwa, sampai dengan kuartal II/2023 porsi pembeli asuransi jiwa dari milenial meningkat rata-rata 45 persen–50 persen.
Survei tersebut menunjukkan porsi milenial dari pembeli asuransi hampir 80 persen dan sisanya Gen Z sebesar 20 persen. Generasi ini membeli asuransi jiwa berjangka, asuransi pendidikan anak, asuransi kecelakaan diri perjalanan, dan kesehatan.
“Sampai akhir tahun 2023 diperkirakan akan terus meningkat rata-rata sampai dengan 70 persen,” kata Wahyudin kepada Bisnis, Minggu (1/10/2023).
Wahyudin menyampaikan bahwa proyeksi Ini sejalan dengan permintaan pada saat dan pasca Covid-19 akan meleknya kaum muda tentang pentingnya berasuransi.
“Alasan lain, faktor tren healing atau traveling meningkatkan porsi asuransi perjalanan dan saat ini kaum muda lebih menyukai asuransi yang berbasis proteksi tanpa investasi,” ujarnya.
Baca Juga
Senada, Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) juga menunjukkan pemahaman masyarakat akan pentingnya manfaat asuransi jiwa tercatat semakin membaik. Hal tersebut ditunjukkan melalui peningkatan total tertanggung yang tercatat konsisten naik.
Ketua Bidang Marketing & Komunikasi AAJI Novita Rumngangun mengatakan bahwa saat ini, jumlah tertanggung industri asuransi jiwa mencapai 88,47 juta orang.
“Peningkatan jumlah tertanggung dalam beberapa periode terakhir tercatat sangat konsisten di atas 10 persen,” ujar Novita dalam Konferensi Pers Kinerja Industri Asuransi Jiwa Semester I/2023 di Jakarta, belum lama ini (24/8/2023).
Sampai dengan Juni 2023, peningkatan total tertanggung mencapai 19,7 persen.
Novita merincikan bahwa peningkatan terbanyak terjadi di tertanggung individu yang mencapai 23,7 persen hingga totalnya mencapai 27,13 juta orang. Sedangkan untuk pertumbuhan tertanggung kumpulan mencapai 18 persen sehingga mencapai 61,33 juta orang pada Juni 2023.
Sementara itu, AAJI juga mencatat total pendapatan premi di industri asuransi jiwa mengalami penurunan sebesar 9,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) sepanjang semester I/2023.
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan pendapatan premi turun dari Rp95,68 triliun pada semester I/2022 menjadi Rp86,23 triliun pada periode yang sama 2023.
Penurunan juga terjadi pada pendapatan premi secara weighted sebesar 0,6 persen yoy menjadi Rp53,96 triliun, turun tipis dibandingkan semester I/2022 yang mencapai Rp54,30 triliun.
Merosotnya premi pendapatan asuransi jiwa lebih disebabkan oleh pendapatan premi yang bersifat tunggal (single premium) turun 22 persen yoy menjadi Rp35,86 triliun.
Budi mengatakan ada komitmen kuat dari seluruh perusahaan asuransi jiwa untuk tetap bisa menyediakan produk pertanggungan atau perencanaan keuangan bagi masyarakat.