Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga riset IFG Progress merilis hasil riset yang menyebutkan bahwa produk asuransi pendidikan menjadi produk yang paling diminati, baik oleh responden yang telah maupun yang belum memiliki asuransi.
Wahyudin Rahman, praktisi manajemen risiko dan Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi) menilai sentimen positif tersebut dapat dimanfaatkan dan disambut oleh perusahaan asuransi dengan menyiapkan beragam strategi serta inovasi produk asuransi pendidikan.
"Pertama, pengembangan produk yang fleksibel. Misalnya melalui cicilan bulanan atau skema top-up yang menyesuaikan dengan kemampuan ekonomi nasabah," kata Wahyudin kepada Bisnis, Kamis (10/4/2025).
Kedua, lanjutnya, integrasi dengan investasi syariah atau berbasis ESG dapat menjadi daya tarik bagi segmen yang peduli terhadap keberlanjutan.
Ketiga, menurutnya, perusahaan asuransi dapat berkolaborasi dengan institusi pendidikan dan perbankan.
"Keempat adalah dengan melakukan digitalisasi layanan. Perusahaan asuransi dapat mengembangkan platform digital yang mempermudah akses pembelian, pembayaran premi, serta transparansi dana agar kepercayaan masyarakat terhadap asuransi pendidikan meningkat," ujarnya.
Baca Juga
Menurut Wahyudin, peluang peningkatan produk asuransi pendidikan di Indonesia akan didorong oleh tingginya kesadaran masyarakat akan proteksi pendidikan, perkembangan teknologi, dukungan regulasi, hingga ekspansi kelas menengah.
Seiring dengan peluang tersebut, Wahyudin juga melihat sejumlah tantangan, seperti tingkat kepercayaan masyarakat terhadap asuransi, pola konsumsi, hingga ketidakpastian ekonomi.
"Untuk menghadapi tantangan ini, perusahaan asuransi perlu membangun transparansi, meningkatkan edukasi keuangan, serta menawarkan produk yang lebih adaptif terhadap kebutuhan masyarakat Indonesia," pungkasnya.