Bisnis.com, JAKARTA -- Beragam cara dilakukan perbankan syariah demi keluar dari small banking trap, salah satunya dengan membidik nasabah berkantong tebal.
Pasalnya, sejumlah bankir menilai potensi pasar muslim sangatlah besar, dan produk yang unik dan tidak ada di perbankan konvensional justru akan menjadi nilai tambah di mata nasabah.
Apalagi, sejumlah bankir Tanah Air menilai bisnis pengelolaan kekayaan dengan prinsip syariah adalah konsep yang masih cukup baru, sehingga ini bisa menjadi solusi keuangan yang memenuhi standar syariah kepada nasabah potensial.
Saat ini, berdasarkan laporan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) OJK, dari sisi nilai total aset perbankan syariah sampai dengan Juni 2023 sebesar Rp801,68 triliun, naik dibandingkan dengan posisi Juni 2022 sebesar Rp703,55 triliun.
Jika diukur secara persentase, pertumbuhan aset perbankan syariah pada Juni 2023 tercatat 7,63 persen, tumbuh tipis dari yang sebelumnya 7,14 persen pada Juni 2022 dari total industri perbankan.
Sementara, secara bulanan pertumbuhan aset bank syariah pun terlihat stagnan. Terbukti, pada 7,35 persen pada Januari, lalu bergerak 7,4 persen pada Februari, dilanjutkan menjadi 7,6 persen pada Maret, kemudian 7,58 persen pada April, hingga besaran aset syariah menyentuh 7,59 persen pada Mei 2023.
Bahkan, apabila ditarik ke belakang sejak 2020, pangsa pasar syariah hanya menyentuh 6,76 persen, disusul pada 2021 yang baru bisa menyentuh digit baru, yakni tujuh persen.
Menurut, Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara, alasan market share perbankan syariah masih di kisaran level di 7 persen lantaran terbatasnya daya saing bank syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional.
“Kalau kita hanya tawarkan produk musyarakah, itu [produk] padanannya di perbankan konvensional banyak, kita perlu produk unik yang bisa menarik nasabah untuk dekat dengan kita,” ujarnya dalam agenda virtual Sustainable SOE & Islamic Business Forum 2023, Rabu (27/9/2023).
Lebih lanjut, Pandji menilai tren bisnis wealth management pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Di mana, per September 2023, pertumbuhan fee bisnis di segmen ini mengalami kenaikan lebih dari 100 persen dari periode yang sama tahun lalu.
“Sejak layanan CIMB Preferred Syariah diluncurkan pada 2021, jumlah nasabah baru syariah mengalami kenaikan sebesar 300 persen,” ujarnya pada Bisnis, Selasa (3/10/2023).
Tercatat, nilai dana kelolaan wealth management syariah per September 2023 tercatat sebesar Rp6 triliun yang berasal dari penjualan sukuk, reksadana, dan asuransi syariah
Adapun, dirinya menuturkan untuk terus memberikan nilai tambah kepada nasabah, CIMB Niaga Syariah terus melakukan sederet inovasi.
Mulai dari layanan dari Relationship Manager, layanan digital seperti Octo Clicks dan Octo Mobile hingga transaksi jual beli produk Investasi nasabah juga dapat memonitor seluruh portfolionya yang ada di CIMB Niaga Syariah melalui kanal digital.
Bahkan, untuk membedakan sejumlah produk keuangan di perbankan lain, Pandji menuturkan pihaknya menawarkan produk asuransi syariah untuk pasangan suami dan istri sekaligus hanya dengan satu polis.
“Selain itu kami juga memiliki produk asuransi dengan investasi yang dapat membantu nasabah untuk berinvestasi untuk persiapan dan pelunasan dan haji yang juga sekaligus memberikan asuransi jiwa dengan tambahan uang pertanggungan jika resiko terjadi saat nasabah sedang berangkat umrah/ haji,” sebutnya.
Tidak hanya itu, dia menyebut, saat ini CIMB Niaga Syariah sedang memproses layanan distribusi waris bagi nasabah Preferred Syariah di mana ketiganya ini akan menjadi yang pertama ada di market.
Strategi Maybank dan Bank Muamalat
Tak mau ketinggalan, PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) pun ikut memacu portofolio kinerja bank syariah dengan meluncurkan layanan teranyar, yakni Maybank Shariah Wealth Management pada Senin (25/9/2023).
Head Shariah Banking Maybank Indonesia Romy Buchari menuturkan pihaknya optimistis dapat meraup peluang besar yang besar dalam pasar wealth management di Indonesia.
“Kalau bicara market wealth management, misal kita ambil skenario, di mana populasi Indonesia yang mencapai 200 juta orang. Bahkan dengan hanya lima persen dari jumlah tersebut, maka ada sekitar 10 juta orang yang merupakan potensi nasabah privilege dan premier,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Adapun, Presiden Direktur Maybank Taswin Zakaria mengenalkan dua pilar terakhir yang menjadi key differentiator perbankan dalam wealth management di Indonesia, yaitu wealth purification dan wealth distribution.
“Jika produk yang lain bisa dilakukan oleh yang nonmuslim. Akan tetapi, wealth purification ini sifatnya memulihkan harta, maka ini akan fokus segmen muslim. Antusiasme akan produk ini sangat besar ya, karena selama ini banyak keinginan nasabah muslim atau kepentingan masyarakat muslim belum terjawab pada produk konvensional,” ujarnya.
Sementara, untuk wealth distribution, Taswin menyebut layanan ini memfokuskan harta yang sudah diperoleh oleh nasabah bisa dibagikan dalam bentuk zakat hingga ke warisan. “Jadi, ini bisa bermanfaat sampai ke generasi selanjutnya,” ungkap Taswin.
Di sisi lain, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. sebagai pionir bank syariah terus mengembangkan bisnis wealth management. Saat ini, Bank Muamalat memasarkan produk rekasadana, bancassurance, dan juga menjadi mitra distribusi sukuk pemerintah.
Direktur Keuangan dan Strategi Pertumbuhan Bank Muamalat Suhendar mengatakan bisnis reksadana Bank Muamalat mengalami peningkatan yang pesat sejak pertama kali diperkenalkan pada Juni 2022 dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 200 persen setiap bulannya.
“Adapun bancassurance merupakan salah satu andalan dalam menghasilkan revenue. Bisnis ini ditargetkan dapat berkontribusi terhadap pendapatan Bank Muamalat sebesar Rp75 miliar pada tahun ini,” katanya pada Bisnis, Selasa (3/10/2023).
Selain itu, sebagai mitra distribusi sukuk, Bank Muamalat juga memasarkan Sukuk Retail, Sukuk Tabungan dan Sukuk Wakaf dengan total dana kelolaan lebih dari Rp1,4 triliun.
“Konsep yang kami gunakan adalah Islamic wealth management yang tidak hanya fokus pada wealth creation dan wealth accumulation, tetapi juga memberikan solusi takaful [wealth protection], zakat [wealth purification] dan waris [wealth distribution] melalui kerja sama dengan Baitulmal Muamalat (BMM),” sebutnya.
Pengamat Ekonomi Syariah University Irfan Syauqi Beik pun menilai respon perbankan sangatlah tepat, karena hal ini sudah menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat sekarang.
“Tren ke depannya konsep wealth management syariah akan semakin berkembang karena kesadaran utk mengelola aset secara syariah di kalangan generasi milenial dan gen z terus meningkat saat ini,” ucapnya pada Bisnis, Selasa (3/10/2023).
Baginya, ini terindikasi dari animo masyarakat yang tinggi akan kelas-kelas wealth management syariah, financial planning, bahkan kelas tentang harta waris yang kian menunjukkan semakin banyak generasi muda yang makin sadar soal keuangan syariah.