Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank BTPN Tbk (BTPN) telah mendapatkan restu dari pemegang saham untuk menjalankan dua rencana korporasi soal treasury stock dan right issue.
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dilaksanakan pada 7 Desember 2023, pembahasan agenda pertama yakni soal Bank BTPN yang berencana melakukan penarikan sejumlah 92.292.198 Treasury Stock.
Merujuk pada POJK No.2/POJK.04/2013 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar yang Berfluktuasi secara Signifikan (POJK 2/2013), Bank BTPN melakukan pembelian kembali saham sampai dengan total 95.198.900 saham dalam kurun waktu antara tanggal 23 Februari sampai 23 Mei 2016.
Selanjutnya untuk memenuhi POJK 2/2013 tersebut , Bank BTPN telah melakukan beberapa upaya terkait kewajiban pengalihan saham sesuai dengan peraturan, di antaranya dengan menggunakan sejumlah 2.633.202 saham untuk Material Risk Takers berdasarkan Keputusan RUPST pada tanggal 22 April 2021; dan mengalihkan 92.565.698 saham dengan cara dijual melalui BEI.
Namun, dalam kondisi pasar yang fluktuatif karena dampak dari Covid-19 dan ketidakpastian global lainnya, jumlah Treasury Stock sampai dengan 30 September 2023 adalah sejumlah 92.314.998, artinya hanya sebanyak 250.700 saham atau 0,27% dari total Treasury Stock Perseroan yang berhasil dialihkan ke publik melalui penjualan di BEI.
Mengingat batas waktu pengalihan akan berakhir pada tahun 2024, Perseroan bermaksud untuk menarik Treasury Stock ke dalam modal dalam simpanan Perseroan, sebagai upaya pengalihan saham lainnya yang diatur dalam POJK 2/2013.
Baca Juga
Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munandar mengatakan dengan pelaksanaan penarikan Treasury Stock ini, modal ditempatkan dan disetor akan berkurang, namun modal dalam simpanan (portepel) akan bertambah dan total saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham tidak akan berkurang.
“Penarikan Treasury Stock ini pun tidak berdampak pada kinerja keuangan Perseroan, karenanya tidak akan mengganggu pemenuhan kewajiban Perseroan kepada pihak ketiga,” katanya dalam keterangan tertulis yang dikutip Bisnis, Rabu (13/12/2023).
Sementara itu pada pembahasan agenda kedua, Bank BTPN mengungkapkan rencana untuk Penambahan Modal dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau Right Issue, yang akan menawarkan sebanyak-banyaknya 3.095.000.000 saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp20 per saham.
Perseroan berencana untuk menggunakan seluruh dana yang diterimanya dari PMHMETD II (setelah dikurangi dengan biaya emisi), untuk pembiayaan proyek Perseroan yang akan datang untuk pertumbuhan inorganic (termasuk melakukan akuisisi di perusahaan lain).
“Saham baru tersebut akan diterbitkan dari portepel Perseroan dan akan dicatatkan di BEI sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” tuturnya.
Adapun, saham baru tersebut akan memiliki hak yang sama dan sederajat dalam segala aspek dengan seluruh saham lama Perseroan, termasuk hak atas dividen.
Sebelumnya, rights issue sendiri akan efektif digelar pada kuartal I/2024.
"Sebesar kurang lebih 62,4% untuk melakukan ekspansi dan investasi usaha salah satunya melalui pengambilalihan perusahaan yang bergerak di kegiatan usaha pembiayaan yaitu PT Oto Multiartha [OTO] dari PT Summit Auto Group yang merupakan anak perusahaan dari Sumitomo Corporation [Grup SC] dan SMBC," tulis Manajemen dalam keterbukaan informasi pada Senin (11/12/2023).
Kemudian, kurang lebih 37,2% dana hasil rights issue juga akan dimanfaatkan untuk melakukan ekspansi dan investasi usaha salah satunya melalui akuisisi perusahaan yang bergerak di kegiatan usaha pembiayaan yaitu PT Summit Oto Finance (SOF) dari PT Summit Auto Group yang merupakan anak perusahaan dari Grup SC dan SMBC.
BTPN sendiri merupakan bank besutan SMBC, di mana per 30 November 2023 SMBC mengggenggam kepemilikan 92,43% di BTPN sebagai pemegang saham pengendali
Dalam gelaran rights issue itu, SMBC akan mengambil haknya. SMBC juga akan menjadi pembeli siaga rights issue BTPN.
Sementara itu, Manajemen BTPN menjelaskan bahwa harga pengambilalihan saham OTO dan SOF merupakan total valuasi berdasarkan laporan keuangan yang diaudit per 31 Desember 2023.
Harga pengambilalihan saham OTO dan SOF juga tunduk pada mekanisme penyesuaian harga yang akan diperhitungkan berdasarkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada akhir bulan yang jatuh satu bulan sebelum tanggal penandatanganan akta pengambilalihan atau tanggal lain yang disepakati bersama oleh para pihak secara tertulis.
Kemudian, apabila dana hasil PMHMETD II ini tidak mencukupi, perseroan masih memiliki alternatif pembiayaan yang antara lain berasal dari kas internal perseroan untuk akuisisi. Selain untuk akuisisi, sisa dana hasil rights issue atau kurang lebih 0,4% akan dimanfaatkan BTPN untuk modal kerja perseroan.
Tak hanya itu, Manajemen BTPN memperkirakan bahwa dengan adanya right issue dan akuisisi itu aset akan bertambah.
Mengacu laporan keuangan per September 2023, dengan adanya PMHMETD II, artinya bakal terjadi kenaikan total aset BTPN menjadi sebesar Rp181,8 triliun dari sebelumnya Rp175,1 triliun.
Total modal proforma BTPN juga bakal naik menjadi Rp40,2 trilliun dari yang sebelumnya Rp33,5 triliun. Selain itu, jumlah penyertaan yang meningkat menjadi Rp8 triliun, dibanding sebelumnya Rp1,3 triliun.
Sebagaimana diketahui, BTPN juga memutuskan untuk menambah pencadangan kredit pada 2023 sebagai bagian dari antisipasi, yang pada gilirannya menggerus laba perseroan. Hal ini dilakukan terkait proses restrukturisasi nasabah korporasi yang sebagai bagian dari upaya mitigasi dari berakhirnya kebijakan stimulus Covid-19 dari pemerintah.