Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dear Eksportir, LPEI Sebut Afrika Hingga Timur Tengah Potensial jadi Area Baru Perluas Pasar

LPEI melaporkan Indonesia mulai mengarahkan fokus kebijakan ekspornya kepada pasar non tradisional seperti Afrika hingga Timur Tengah.
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah. LPEI menyebut Afrika dan Timur Tengah dapat menjadi target baru ekspor Indonesia. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah. LPEI menyebut Afrika dan Timur Tengah dapat menjadi target baru ekspor Indonesia. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, YOGYAKARTA -- Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) melaporkan bahwa Indonesia mulai mengarahkan fokus kebijakan ekspornya kepada pasar non tradisional, seperti Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan non India, Eropa Timur, hingga Amerika Selatan dengan tujuan memaksimalkan potensi ekspor Tanah Air.

Bahkan, secara spefisik, Kepala Divisi Penugasan Khusus Ekspor LPEI Wahyu Bagus Yuliantok menyebut ke depan, negara Afrika akan menjadi negara tujuan ekspor utama untuk beberapa negara. Sayangnya, market share Indonesia untuk ekspor ke Afrika sendiri saat ini masih di bawah 1%.

“Negara-negaranya sudah kita identifikasi, dan lebih dari 100 negara yang pelaku usaha kita dorong masuk ke situ, 35-nya itu negara non tradisional, dan mayoritas di Afrika,” ujarnya dalam Media Gathering, Rabu (20/12/2023).

  Kata Bagus, menurut pelaku usaha, peluang pasar dari Afrika sangatlah besar utamaya dalam produk consumer goods, FMCG (Fast Moving Consumer Goods), pakaian hingga obat-obatan, seperti multivitamin dan vaksin.

“Artinya, ini perlu dukungan untuk pelaku usaha karena memasuki negara Afrika itu enggak mudah, karena mayoritas country risk-nya tidak lebih baik dari Indonesia, political risk, lalu ekonomi nggak stabil dan political government tidak smua demokrasi,” ungkapnya.

  Akan tetapi, beberapa konglomerasi besar yang selama ini men-supply barang-barang domestik itu nyatanya sudah berani ke Afrika hingga membangun hub pemasaran di sana. Misal produk mie instan yang kini terkenal di Nigeria, hingga produk vaksin milik Biofarma.

  “Vaksin Biofarma laku di Afrika, karena sekali suntik bisa meng-cover lima penyakit sekaligus, dengan harga efisien efektif untuk beberapa penyakit. Jadi, sekarang kita dorong bersama dengan Kementerian Luar Negeri utamanya untuk pangsa pasar negara Afrika yang punya populasi besar,” tuturnya.

  Sehingga, untuk membuat eksportir lebih banyak masuk. LPEI terus memberikan daya saing melalui Penugasan Khusus Ekspor (PKE) Kawasan berupa fasilitas pembiayaan, penjaminan dan asuransi. Di sisi lain, Bagus mengungkapkan bahwa Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mulai memasang target 2045. Tercatat, per Desember 2022, ekspor menyentuh US$300 miliar, tepatnya US$292 miliar, dan pada 2045 Bapennas optimistis ekspor Tanah Air menembus US$800 miliar.

“Dari 2022, bisa dibilang capaian tahun ini sedikit turun karena komoditas turun. Tp kalau ditarik secara tren akan terlihat naik. Dengan target Bapennas 2045, artinya hampir 3 kali lipas dalam kurun waktu 20 tahun, yaitu 2025 hingga 2045,” jelasnya. 

Adapun, Bagus menyebut, Bapennas tengah menyiapkan strategi agar barang yang dihasilkan Indonesia dapat menjadi bagian dari global value chain, yang pada akhirnya menjadi produk yang dikonsumsi secara global. Misalnya, di tiap produksi produk global, diharapkan ada bahan baku yang berasal dari Indonesia

  “Sehingga Bapennas harus koordinasi dgn Kementerian terkait utamanya mengidentifikasi mana sih produk atau industri yang memang dibutuhkan global value chain. Tugasnya Kementerian Perindustrian untuk mengidentifikasi sektor industri apa yang menjadi global value chain , negara tujuan ekspor mana yang akan prospektif ke depan,” tuturnya. 

Sebagaimana diketahui, LPEI Penugasan Khusus Ekspor (PKE) atau National Interest Account (NIA) adalah penugasan yang diberikan pemerintah kepada LPEI untuk menyediakan pembiayaan ekspor atas transaksi atau proyek yang secara komersial sulit dilaksanakan, tetapi dianggap perlu oleh pemerintah untuk menunjang kebijakan ekspor nasional.Sampai dengan 2023, total dana PKE sebesar Rp8,7 triliun yang telah dialokasikan untuk 7 program yang saat ini masih berjalan, yaitu program PKE Kawasan Afrika, Timur Tengah dan Asia Selatan, PKE UKM, PKE Trade Finance, PKE Alat Transportasi, PKE Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, PKE Pariwisata KEK Mandalika dan PKE Destinasi Pariwisata Superprioritas. Program PKE tersebut juga dapat mendukung peningkatan kapasitas pelaku UMKM berorientasi ekspor agar tetap bersaing di pasar internasional dan menjadi bagian dari rantai pasok global (global value chain)

Hingga 30 November 2023, total akumulasi disbursement PKE telah mencapai 

Rp12,96 triliun, untuk mendukung ekspor lebih dari 80 produk ke lebih dari 100 negara tujuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper