Bisnis.com, JAKARTA— Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap ada beberapa tantangan utama yang menghambat sektor perasuransian di Indonesia untuk tumbuh dan berkembang.
Salah satu tantangan utamanya adalah kepercayaan konsumen yang relatif masih rendah terhadap kredibilitas sektor asuransi.
“Diindikasikan oleh tingkat inklusi yang lebih rendah dibandingkan tingkat literasi asuransi,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Ogi Prastomiyono dalam Virtual Seminar tentang Menyongsong Tantangan dan Peluang Industri Asuransi di 2024 di YouTube Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Jumat (22/12/2023).
Tidak hanya itu, Ogi mengatakan bahwa pelaku asuransi juga masih dihadapkan dengan tantangan kapasitas permodalan yang belum memadai dan kelemahan dalam ketersediaan ahli. Khususnya di bidang aktuaria, underwriting, manajemen investasi dan audit internal.
Ogi mengatakan bahwa masalah yang terjadi di industri asuransi salah satu gejalanya dari fungsi Governance, risk management, and compliance (GRC) yang belum berjalan optimal. Terutama untuk mendukung penyelenggaraan bisnis utama yakni underwriting dan investasi.
Tidak hanya itu, pemantauan terhadap kinerja produk asuransi belum sesuai dengan standar internasional dan best practice sebagai awal deteksi atas permasalahan industri asuransi.
Baca Juga
Ogi mengatakan isu utama lainnya yakni kebutuhan untuk mendorong asosiasi dan lembaga dalam rangka mendukung pelaku industri terutama aspek market conduct dan perlindungan konsumen.
“Dan dalam hal penyediaan jasa penunjang yang sesuai praktik dan kode etik profesi,” ungkapnya.
Ogi mengatakan kondisi industri asuransi tersebut kontradiktif dengan kondisi perekonomian nasional yang masih sangat besar terutama dengan mempertimbangkan posisi indonesia sebagai G20 yang mempresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Dengan demikian menurutnya industri asuransi memiliki peluang yang besar untuk berkembang.
Ogi optimistis permintaan asuransi juga bisa semakin meningkat peningkatan pendapatan bruto per kapita. Pasar asuransi menurutnya masih besar karena penetrasi masih belum optimal hanya 2,27% per tahun di 2022. Dibandingkan negara di Asia Tenggara, Indonesia masih sangat rendah di mana Thailand 4,6% sementara Malaysia 3,5%.