Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Pertumbuhan dan Tantangan Kucuran Kredit Bank pada Tahun Naga Kayu

Sejumlah pihak dari BI hingga pelaku perbankan menyampaikan prediksi pertumbuhan dan tantangan penyaluran kredit 2024.
Karyawan menghitung uang pecahan Rp.100.000 di salah satu Bank yang ada di Jakarta, Senin (4/6). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menghitung uang pecahan Rp.100.000 di salah satu Bank yang ada di Jakarta, Senin (4/6). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah pihak memberikan prediksi pertumbuhan penyaluran kredit perbankan pada tahun naga kayu 2024 atau di tengah tahun politik alias Pemilu serta perkiraan gerak suku bunga acuan.

Perlu diketahui, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keyakinannya pada pertumbuhan kredit akan mencapai kisaran 10% hingga 12% tahun depan, lebih tinggi dari perkiraan pada tahun ini pada kisaran 9% hingga 11%. 

“Pertumbuhan kredit akan meningkat ke 10%-12% pada 2024 dan kemudian akan meningkat kembali ke 11%-13% pada 2025,” katanya dalam acara Pertemuan Tahunan BI, Rabu (29/11/2023). 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan ada sejumlah pertimbangan mengapa proyeksi pertumbuhan kredit di level tersebut bisa tercapai.

"Kalau melihat data selama ini, ada kontribusi [Pemilu] karena spending naik. Kalau terkait persoalan basic need, kan, dalam GDP [gross domestic product] Indonesia, konsumsi bisa dikatakan dominan terus," ujarnya dalam sesi wawancara khusus dengan Bisnis, akhir pekan lalu (22/12/2023).

Faktor lainnya adalah anggapan bahwa pada 2024 akan terjadi tren penurunan suku bunga global yang bisa merembet ke Indonesia. Dengan turunnya suku bunga acuan, maka permintaan kredit ke perbankan pun naik.

Berbeda dengan OJK, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan justru memberikan perkiraan awal terkait kredit perbankan dengan angka yang lebih rendah, tumbuh berkisar 5-7%.

Dirinya mengatakan meski kredit perbankan tahun depan bakal berpotensi tumbuh, namun tak bisa dipungkiri bahwa akan ada kontraksi, lantaran ekonomi belum sepenuhnya pulih.

“Dunia usaha akan wait and see hasil dari Pemilu dan Pilpres. Bila berjalan lancar dan ekonomi global membaik maka kredit akan kembali melaju seiring dengan pertumbuhan sektor riil,” katanya pada Bisnis, Selasa (26/12/2023).

Adapun, dia menyebut, pada tahun depan segmen yang dapat menjadi andalan di antaranya sektor UMKM, energi, dan ritel. 

Kondisi Perbankan RI

Sejumlah perbankan Tanah Air sendiri telah membidik angka-angka yang sejalan dengan target yang dipasang Bank Indonesia. 

Melansir berita yang dihimpun dari Bloomberg pada Selasa (26/12/2023) sejumlah jumbo Tanah Air telah memperkirakan pertumbuhan pinjaman akan mencapai 10% atau lebih pada 2024.

Misal, PT Bank Mandiri Persero Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang memproyeksikan pertumbuhan kredit sebesar 10%-12% pada 2024. 

Ramalan Pertumbuhan dan Tantangan Kucuran Kredit Bank pada Tahun Naga Kayu

Aktivitas layanan perbankan di Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (2/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Sementara, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) kompak menetapkan target 10% untuk tahun depan.

Kepala Penelitian PT RHB Sekuritas Indonesia Andrey Wijaya menyebut meski permintaan pinjaman cenderung melambat selama pemilu, akan tetapi penurunan suku bunga utama bank sentral dapat memacu permintaan dan mempertahankan margin perbankan.

“Sentimen positif perbankan akan semakin baik pada paruh kedua tahun depan ketika suku bunga acuan mulai turun,” tuturnya.

Mengutip dari Bloomberg, Bank Mandiri ke depan akan meningkatkan pinjaman pada sektor telekomunikasi, energi terbarukan, FMCG dan infrastruktur. Hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa pemilihan umum tidak akan mengganggu proyek-proyek yang sedang berlangsung dan pengeluaran rumah tangga yang diperlukan.

Selain itu, Bank Mandiri juga melihat adanya peluang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga kebijakan (policy rate) hingga sekitar 5.5% pada tahun 2024.

Di sisi lain, BCA akan fokus pada industri pertambangan, memfokuskan perhatiannya pada industri pertambangan.

Presiden Direktur Jahja Setiaatmadja juga menyampaikan sektor lain kemungkinan mengalami pelemahan. Bahkan, BCA juga akan meningkatkan pembiayaan properti dan otomotif yang dapat memanfaatkan insentif dari bank sentral.

BRI sendiri melihat pemilu memberikan manfaat bagi kelompok masyarakat ‘akar rumput’. Untuk itu Direktur Utama BRI Sunarso menyebut akan fokus menyalurkan pembiayaan kepada perusahaan-perusahaan kecil.

Terakhir, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan pihaknya akan fokus pada sektor konsumer, transportasi laut, dan proyek hilirisasi yang sedang berjalan untuk menjaga pertumbuhan kredit. Selain bank jumbo di atas, kelompok bank lain juga yakin soal pertumbuhan kredit yang akan moncer pada tahun depan.

Ramalan Pertumbuhan dan Tantangan Kucuran Kredit Bank pada Tahun Naga Kayu

Karyawan melayani nasabah di kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Jumat (30/12). /Bisnis-Abdurachman

PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) yang menargetkan pertumbuhan positif kredit sekitar 8-10% pada 2024.

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan pertumbuhan kredit tersebut bakal dimotori oleh ritel dan UMKM.

“Karena kemungkinan kredit korporasi akan lebih lamban tahun depan sehubungan dengan tahun politik,” ujarnya pada Bisnis, Selasa (26/12/2023).

Dirinya juga menyebut, tantangan utama yang saat ini dihadapi pihaknya adalah terkait rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM).

"Oleh sebab itu kami berharap suku bunga akan bertahap turun tahun depan, sehingga cost of fund bisa turun dan bunga kredit juga lebih terjangkau,” ujarnya.

Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) atau Bank BJB melihat bahwa kredit perseroan akan melanjutkan pertumbuhan dengan baik pada 2024, meski beberapa sektor akan cenderung “wait and see”.

Sebagaimana diketahui, Yuddy menuturkan sektor yang relatif terdampak oleh kebijakan pemerintah akan cenderung “wait and see”, sedangkan beberapa sektor yg tidak terdampak akan tetap tumbuh, seperti konsumsi rumah tangga, perdagangan dan juga kredit-kredit bersubsidi seperti KUR dan FLPP.

“Segmen konsumer, KPR dan UMKM akan menjadi growth driver, komersial dan korporasi akan lebih selektif untuk pertumbuhannya yang secara total kredit kami proyeksikan pertumbuhan pada kisaran 9%-10% sejalan dengan pertumbuhan industri,” ujarnya pada Bisnis, Selasa, (26/12/2023).

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper