Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyaluran Kredit Bank ke Sektor Tambang Ngebut, Ini Penyebabnya!

OJK mengungkap penyebab kencangnya laju penyaluran kredit bank ke sektor tambang di Tanah Air.
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita

Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat laju penyaluran kredit di sektor pertambangan terus meningkat di tengah gencarnya langkah perbankan dalam menyalurkan pembiayaan hijau di Tanah Air.

Berdasarkan laporan Surveillance Perbankan Indonesia, penyaluran kredit untuk industri pertambangan dan penggalian meningkat 22,66% (year-on-year/yoy) menjadi Rp270 triliun pada kuartal III/2023 dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp220,12 triliun. Porsi kredit ini mencapai 3,95% dari total kredit yang mencapai Rp6.837 triliun 

Bahkan, pertumbuhan yang signfikan justru terjadi pada kuartal III/2022, di mana penyaluran kredit ke segmen ini tumbuh pesat menjadi 49,51% (yoy) dari Rp147,23 triliun menjadi Rp220,21 triliun.

“Pertumbuhan pada sektor ini didorong oleh subsektor pertambangan batubara serta pertambangan logam dan bijih timah yang tumbuh tinggi masing-masing 39,43% [yoy] dan 22,66% [yoy],” tulis OJK yang dikutip, Kamis (11/1/2024).

Di sisi lain, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) sektor pertambangan dan penggalian tercatat membaik dari 2,75% menjadi 2,13% dengan penurunan nominal NPL sebesar Rp308,71 miliar (yoy).

“Perbaikan rasio NPL tersebut utamanya didorong oleh subsektor pertambangan batu bara, penggalian gambut, gasifikasi batubara, dan pembuatan briket batu bara,” demikian laporan OJK. 

Mengutip laporan yang sama, berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) dari Kementerian ESDM, kinerja subsektor pertambangan batubara pada kuartal III/2023 secara keseluruhan menunjukkan tren positif yaitu sebesar 5,71% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. 

Salah satu faktor utama yang ditengarai mendorong terjadinya peningkatan produksi bata bara nasional yaitu menguatnya permintaan batubara global terutama dari Tiongkok dan India. 

Secara bersamaan, tingginya permintaan akan komoditas tersebut dapat direspon oleh beberapa perusahaan pertambangan batubara dalam negeri dengan cara meningkatkan kapasitas produksinya. 

“Hal tersebut tentunya memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional mengingat batu bara merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia,” demikian isi laporan OJK. 

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan juga menilai tren kredit batu bara akan terus berlanjut hingga tahun ini. 

“Ini lantaran transisi ke energi terbarukan tidak dapat dengan cepat dilakukan, tapi harus bertahap,” ujarnya pada Bisnis, Rabu (10/1/2024).

Penyaluran Kredit BMRI, BBNI, UOB

Pergerakan pinjaman batu bara yang menanjak di akhir tahun lalu juga, kata Trioksa, akibat musim dingin di Eropa dan beberapa negara lain.

Adapun, dari sisi bank jumbo, porsian kredit untuk sektor ini memang cukup mengembang. Misalnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) per September 2023 menyalurkan kredit ke segmen batu bara sebesar 3,2%. Porsian ini meningkat dibanding periode September 2022 yang hanya mencapai 2,2% terhadap total kredit bank only. 

Lalu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang juga mencatat peningkatan di mana saat ini porsian kredit batu bara berada di level 3% pada kuartal III/2023, dari sebelumnya 2,5% terhadap total kredit bank only

Meski begitu, Head of Banking, Capital Markets and Advisory Citi Indonesia Anthonius Sehonamin mengatakan untuk memangkas kredit di sektor batu bara tidak bisa sepenuhnya dilakukan secara sekaligus.Pasalnya, untuk saat ini batu bara tetap dibutuhkan setidaknya 10 hingga 30 tahun lagi sebagai sumber daya listrik.

“Jadi sekarang saya pikir arahnya akan ke green resources. Jadi mungkin kalau yang batu bara ini ya pelan-pelan mungkin agak dikurangi tapi bukan berarti kita tidak komitmen terhadap batu bara, karena klien-klien kami pun ada di sektor ini,” ujarnya beberapa waktu lalu. 

Adapun, cara Citi sendiri untuk bisa sejalan dengan visi pemerintah adalah dengan membidik sektor pertambangan yang lebih bervariasi, seperti emas, tembaga, nikel, bauksit serta aluminium oksida. 

“Jadi kalau ditanya apakah kita mengurangi [penyaluran kredit tambang], nggak sih. Artinya, ini terjadi shifting, di mana mungkin dulu 10 tahun lalu mungkin orang liatnya coal [batu bara] aja gitu tapi sekarang lebih banyak justru spectrum of commodity,” ungkapnya.

Bahkan, menurut Seho, pendanaan untuk perusahaan pertambangan sebenarnya diperkirakan akan meningkat, mengingat prospek Indonesia yang akan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik (EV) dalam beberapa tahun mendatang.

Senada, PT Bank UOB Indonesia berkomitmen untuk tak menambah porsi pembiayaan perbankan ke sektor batu bara.Wholesale Banking Director UOB Indonesia Harapman Kasan mengatakan pihaknya bakal mendorong diversifikasi bisnis para nasabah korporasinya untuk beralih membidik sektor pertambangan lain, seperti nikel, emas bahkan masuk ke industri kendaraan listik (EV).

"UOB ini memang punya policy untuk ikut Singapura dan Indonesia. Apalagi di Singapura [target program NZE] lebih awal yaitu 2050, Sehingga, 2039 kita komit harus exit batu bara," ujarnya.

Harapman pun mencontohkan, salah satu nasabahnya yang merupakan perusahaan terbuka, yakni PT Indika Energy Tbk. (INDY) pun sudah menyatakan bakal mengurangi portofolio batubara hingga di bawah 50%, sehingga hal ini mengarahkan perbankan untuk bisa mengurangi pendanaan ke batu bara.

"Kendati demikian, nasabah-nasabah yang masih di sektor batu bara ya tetap saat kita continue, kita nggak akan langsung exit, kita perlu pikirkan dampaknya," tutupnya. 

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper