Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cuan! Transaksi Digital Perbankan Diramal Tembus Capai Rp63.803,7 Triliun

Bank Indonesia (BI) meramal transaksi digital perbankan tumbuh pada 2024 dengan nilai mencapai Rp63.803,77 triliun.
Konsumen melakukan pembayaran melalui pemindaian Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di salah satu kedai kuliner di Jakarta, Senin (19/12). JIBI/Bisnis/Suselo Jati.
Konsumen melakukan pembayaran melalui pemindaian Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di salah satu kedai kuliner di Jakarta, Senin (19/12). JIBI/Bisnis/Suselo Jati.

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan transaksi digital atau digital banking masih terus bertumbuh pada 2024 dengan nilai mencapai Rp63.803,77 triliun. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan nilai transaksi digital perbankan diperkirakan tumbuh 9,11% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada tahun ini. Adapun, sepanjang 2023, nilai transaksi digital telah mencapai Rp58.478,24 triliun, tumbuh 13,48% yoy.

BI juga memproyeksikan nilai transkasi uang elektronik mencapai Rp1.051,24 triliun pada 2024, tumbuh 25,77% yoy. Sementara, pada 2023, nilai transaksi uang elektronik telah meningkat 43,45% yoy mencapai Rp835,84 triliun 

"Kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap kuat didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal," kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Rabu (17/1/2024).

Selain itu, BI mencatat nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh pesat 130,01% yoy, mencapai Rp229,96 triliun, dengan jumlah pengguna 45,78 juta serta jumlah merchant 30,41 juta yang sebagian besar merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Namun, saat transaksi digital banking tumbuh pesat, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debit, dan kartu kredit turun 0,81% yoy, mencapai Rp8.178,69 triliun.

Perry mengatakan berdasarkan riset BI, digitalisasi sistem pembayaran nyatanya telah berkontribusi pada penurunan inflasi. "Digitalisasi sistem pembayaran termasuk QRIS dan BI Fast ternyata mampu menurunkan inflasi, termasuk inflasi inti," katanya.

Menurutnya, alasan digitalisasi itu mampu menurunkan inflasi karena digitalisasi telah mendorong adanya kompetisi harga.

"Ini yang mampu menurunkan inflasi. Jadi digitalisasi di sistem pembayaran selain memenuhi kebutuhan masyarakat, kebutuhan bisnis, juga menurunkan inflasi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper