Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) meramal kinerja nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi anjlok pada semester II/2024. Rupiah bakal kembali perkasa?
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan dolar memang masih akan menguat dalam beberapa waktu ke depan, namun pada paruh kedua nanti akan melemah akibat berubah-ubahnya kebijakan pemerintah AS.
“Kami masih melihat dolar AS akan melemah di semester kedua [2024], ketika Amerika Serikat mengubah kebijakan-kebijakan mereka dan arah kebijakan mereka,” ujarnya dalam Mandiri Investment Forum (MIF) 2024, Selasa (5/3/2024).
Dengan kondisi demikian, Perry juga masih menyoroti kewaspadaan pihaknya terhadap ketidakpastian keuangan global.
Sejalan dengan hal tersebut, Perry optimistis pada semester II/2024 pula nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat
“Kami fokus melakukan stabilisasi nilai tukar. Kami meyakini bahwa nilai tukar [rupiah] akan mengalami apresiasi di semester kedua tahun ini,” lanjutnya.
Baca Juga
Oleh karena itu, Perry bakal memastikan bahwa apresiasi penguatan nilai tukar akan mampu memperkuat pengendalian inflasi dan juga bisa mendukung tingkat pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia pun masih menjaga suku bunga acuan atau BI Rate di level 6% dan berencana menurunkannya pada paruh kedua 2024.
Sepanjang menuju semester II tahun ini, Bank Indonesia akan terus mengupayakan stabilisasi nilai tukar, salah satunya melalui penawaran instrumen Sekuritas Rupiah BI atau SRBI.
Untuk tahun ini, pemerintah mematok asumsi nilai tukar pada 2024 berada di level Rp15.000 per dolar AS.
Namun, pada sore hari ini Selasa (5/3/2024), rupiah ditutup melemah 29 poin atau 0,18% menuju level Rp15.771 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS meningkat sebesar 0,09% ke posisi 103,92.