Bisnis.com, JAKARTA — Visa, sebagai pemain utama dalam industri pembiayaan terus mengoptimalkan proses perputaran uang antar bisnis di Indonesia. Fokusnya adalah menawarkan solusi digital untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam transaksi bisnis, termasuk bagi bisnis kecil.
Head of Commercial Money Movement: Regional South East Asia (IPVMC) Visa Gareth Parrington menyebut dalam memperluas ekosistem pembayaran, pihaknya bahkan telah bekerja sama dengan mitra perbankan hingga fintech.
“Peluang di sektor komersial dan money movement [perputaran uang] di RI mencapai US$4,2 triliun, dengan mayoritasnya berasal dari pembayaran B2B sebesar hampir US$3 triliun,” ujarnya di Jakarta yang dikutip Sabtu (9/3/2024).
Sebagaimana diketahui, money movement merujuk pada proses perpindahan atau aliran dana dari satu entitas keuangan ke entitas keuangan lainnya.
Dalam konteks B2B (Business-to-Business), money movement mencakup segala bentuk transaksi keuangan yang terjadi antara dua bisnis atau entitas bisnis, termasuk pembayaran tagihan, pembelian barang atau layanan hingga transfer dana antar perusahaan.
Tujuan utama dari money movement adalah untuk mengelola keuangan perusahaan dengan efisien, aman, dan transparan.
Baca Juga
Bagi Gareth, likuiditas perusahaan, kemampuan untuk membayar tagihan tepat waktu, dan kelancaran operasi sehari-hari sangat dipengaruhi oleh efektivitas money movement.
Lebih lanjut, katanya, ada enam tren yang memandu pergerakan dana dan menciptakan peluang perbaikan di Indonesia, agar bisnis-bisnis di Indonesia bersaing dalam ekonomi global.
"Semua bisnis kini menuntut pengalaman pembayaran yang mulus seperti yang dialami konsumen dalam penggunaan aplikasi dan ponsel pintar,” ujar Gareth.
Tren kedua adalah kebutuhan akan data real-time dan visibilitas, yang pada akhirnya mendorong perusahaan untuk dapat melihat posisi keuangan mereka dengan lebih cepat dan akurat.
Selanjutnya, dia menyoroti perubahan dalam pandangan bisnis terhadap pembayaran akibat disrupsi rantai pasokan pandemi COVID-19.
“Sehingga penting untuk memahami tren ini untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara lebih efektif,” ucapnya.
Dalam paparannya, Gareth juga membandingkan piramida kebutuhan Maslow dengan solusi pembayaran B2B.
"Sama seperti self-actualization adalah puncak piramida kebutuhan Maslow, pergerakan uang menjadi puncak dalam pembayaran B2B," ujarnya.
Gareth menjelaskan bahwa dalam bisnis, digitalisasi proses menjadi kunci untuk menciptakan pengalaman yang memungkinkan pembayaran disetujui secara efektif. Tercermin, bagaimana Visa bekerja sama dengan mitra untuk melayani seluruh piramida kebutuhan, dengan fokus pada pengalaman mulus dari proses bisnis hingga pembayaran.
“Visa berkomitmen untuk terus memimpin dalam inovasi pembayaran B2B di Indonesia, membawa solusi yang lebih efisien dan aman untuk mendukung pertumbuhan bisnis di era ekonomi global yang terus berkembang,” katanya.
Saat ini, tercatat Visa memiliki sejumlah mitra perbankan dan FinTech. Teranyar, pihaknya meluncurkan program kartu co-brand tahun ini dengan salah satu FinTech, Paper.ID dengan BRI, dengan membidik segmen bisnis kecil.
“Kami membantu mendigitalkan proses akun pembayaran mereka. Dan juga menyediakan mekanisme kartu, sebagai cara untuk membayar modal kerja,” tutupnya.