Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank HSBC Indonesia (HSBC) menargetkan kredit korporasi tumbuh 8-9% pada tahun ini. Terdapat sejumlah segmen yang perseroan bidik dalam mendongkrak kredit korporasi tersebut.
Managing Director dan Head of Wholesale Banking HSBC Indonesia Riko Tasmaya menyebut segmen wholesale banking bakal melaju pada semester II/2024.
“Di kuartal I/2024 [kredit korporasi] agak melambat. Tapi, kita sudah mulai settle down, mengingat Pilpres sudah usai, jadi ekonominya bisa berjalan,” ujarnya dalam agenda HSBC Investment Forum, Selasa (19/3/2024)
Dirinya menyebut hal yang membuat kredit korporasi mengalami perlambatan, lantaran ketidakpastian ekonomi global dan adanya proses pemilihan umum.
Padahal, faktor pendorong moncernya kredit korporasi HSBC lantaran masuknya penanaman modal asing alias foreign direct investment (FDI) dan aktivitas ekspor impor.
Di tengah perjalanan penyaluran kredit itu, HSBC Indonesia menyiapkan sejumlah siasat dalam menggenjot pembiayaan. Mulai dari melakukan pendekatan ekosistem baterai kendaraan listrik, kesehatan, ekonomi digital hingga ESG.
Baca Juga
Riko juga menuturkan di tengah prediksi analis mengenai sinyal penurunan suku bunga, tentu ini akan menjadi angin segar bahkan menjadi katalis positif bagi kredit korporasi perseroan.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat permintaan kredit korporasi pada awal tahun atau Januari 2023 lesu. Sementara, para pelaku usaha pun banyak yang memilih menggunakan dana sendiri dalam memenuhi kebutuhan pembiayaannya.
Berdasarkan Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan yang dirilis BI, kebutuhan pembiayaan korporasi pada Januari 2024 terindikasi tambuh terbatas. Hal tersebut tecermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi yang mencapai 6,5% pada Januari 2024, lebih rendah dibandingkan SBT 18,4% pada Desember 2023.
"Perlambatan terjadi pada lapangan usaha perdagangan dan penurunan terjadi pada lapangan usaha penyedia makanan minuman," tulis BI dalam laporannya pada Senin (26/2/2024) Meskipun, terjadi peningkatan kebutuhan pembiayaan pada lapangan usaha pertambangan.
Sementara itu, dalam survei tersebut tercatat bahwa kebutuhan pembiayaan korporasi terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional dan membayar kewajiban yang jatuh tempo.
Adapun, mayoritas responden memilih menutupi kebutuhan pembiayaan dengan dana sendiri, yakni 59,2%. Hanya 7,1% responden yang menyatakan menutupi kebutuhan pembiayaan dari perbankan dalam negeri.
Sebanyak 76,5% responden menyampaikan alasan pemilihan sumber pembiayaan terutama masih dipengaruhi oleh aspek kemudahan dan kecepatan perolehan dana.
BI mencatat, kebutuhan pembiayaan korporasi akan meningkat pada tiga bulan yang akan datang atau April 2024. Tercatat, per April 2024 SBT pembiayaan korporasi mencapai 29,3%, naik dibandingkan bulan sebelumnya atau Maret 2024 sebesar 22,1%.
Peningkatan kebutuhan pembiayaan diprakirakan terjadi pada lapangan usaha pertanian, konstruksi, serta industri pengolahan. Adapun, pertumbuhan pembiayaan korporasi terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional dan investasi.