Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Beberkan Sisa Utang BUMN Karya di Bank Himbara Terkini Rp78,99 Triliun

OJK menyampaikan per Desember 2023 porsi pembiayaan Himbara terhadap BUMN Karya turun dibandingkan dengan posisi Juni 2023.
Pekerja menggunakan alat berat beraktivitas di proyek infrastruktur milik salah satu BUMN Karya di Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menggunakan alat berat beraktivitas di proyek infrastruktur milik salah satu BUMN Karya di Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan data mengenai pembiayaan dari Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) terhadap BUMN Karya per akhir tahun lalu. Jika dibandingkan dengan posisi pada Juni 2023, terjadi penurunan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan per Desember 2023 porsi pembiayaan Himbara terhadap BUMN Karya tercatat sebesar 2,44% dari total kredit bank-bank pelat merah. Angka ini turun dibandingkan dengan posisi Juni 2023 yang sebesar 2,92%.

"Secara nominal turun dari Rp88,16 triliun menjadi Rp78,99 triliun," ujarnya dalam jawaban tertulis pada Kamis (4/4/2024).

Dian menambahkan BUMN Karya terus melakukan perbaikan tata kelola dan manajemen risiko, transformasi bisnis, efisiensi, dan divestasi terhadap aset. Menurutnya, saat ini telah terdapat perkembangan positif terkait restrukturisasi BUMN Karya.

Misalnya saja Wijaya Karya (WIKA) yang telah selesai melaksanakan penandatanganan perjanjian restrukturisasi dan telah aktif mengerjakan proyek-proyek pemerintah. Sementara untuk Waskita Karya (WSKT) sedang dalam finalisasi Master Restructuring Agreement (MRA).

"Selanjutnya, OJK senantiasa memonitor kecukupan pembentukan CKPN oleh bank dan upaya restrukturisasi yang dilakukan BUMN Karya sehingga dapat dilaksanakan secara terukur dan pruden dengan tetap memperhatikan berbagai aspek kepentingan," jelas Dian.

Pada akhir tahun lalu, Dian menyampaikan jika rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) perbankan rata-rata berada di atas 56%. Bahkan banyak yang mencatatkan CKPN di atas 60%.

"Jadi tidak perlu dikhawatirkan dan tidak ada goncangan di perbankan," kata Dian dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) bulanan OJK pada Senin (4/12/2023).

Sebagai informasi, sejumlah BUMN Karya sedang berusaha menyelesaikan utang di bank-bank pelat merah. Waskita Karya (WSKT) misalnya mengacu laporan keuangan per Desember 2023, mempunyai utang bank jangka panjang dengan perjanjian restrukturisasi, di BNI, Mandiri, BRI masing-masing senilai Rp7,52 triliun, Rp4,54 triliun, dan Rp2,7 triliun.

Sementara, melansir dari laporan keuangan Wijaya Karya (WIKA), perseroan memiliki utang jangka pendek dengan Bank Mandiri, BNI, BRI serta BTN. Masing-masing sebesar Rp7,88 miliar, Rp990 juta, Rp500 juta, dan Rp155 juta

Alhasil, Bank Mandiri hingga BTN berupaya menyiapkan langkah-langkah mitigasi di tengah menggunungnya utang BUMN karya.

Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan atas berbagai risiko yang potensial dihadapi, perseroan selalu melakukan upaya mitigasi.

"Kami siapkan mitigasi, apakah itu pencadangan yang perlu ditingkatkan. Debitur seperti WIKA dan Waskita misalnya kita sudah meningkatkan coverage [pencadangan]," ujarnya dalam paparan kinerja beberapa waktu lalu.

Khusus untuk WIKA dan Waskita, proses restrukturisasi sedang dilakukan. "Kami Bank Mandiri sedang melakukan restrukturisasi bersama lender lain, memformulasikan skema restrukturisasi terbaik dan optimal, adress ke semua stakeholders debitur tersebut. Beberapa Minggu ke depan kita finalisasi," kata Ahmad Siddik.

Tercatat, per akhir Desember 2023, pencadangan atas kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) coverage Bank Mandiri mencapai 326%. Sementara, posisi pencadangan kredit berisiko atau loan at risk (LaR) coverage berada di level 45,3% per Desember 2023.

BRI juga mengantisipasi dampak dari adanya utang jumbo BUMN Karya terhadap kualitas aset bank.

Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan dengan adanya utang jumbo BUMN karya itu, perseroan telah menjalankan langkah antisipasi untuk menjaga kinerja pada 2024.

"BRI telah memperhitungkan posisi buku perseroan tetap terjaga dan telah mengantisipasi risiko kredit dari BUMN karya," ujarnya kepada Bisnis pada Kamis (15/2/2024).

Per Desember 2023, BRI mencatatkan pencadangan kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) atau NPL coverage 229,09%. Sementara, pencadangan kredit berisiko (loan at risk/LaR) atau LaR coverage pada level 54,14%.

Kedua entitas bank BUMN lainnya, yakni BNI dan BTN pun meningkatkan pencadangan mereka seiring dengan masih berkutatnya utang jumbo Waskita Karya dan WIKA.

Tercatat, NPL coverage BNI naik dari 278,3% pada Desember 2022 menjadi 319% pada Desember 2023. Sementara BTN, tingkat pencadangan atas rasio kredit bermasalah menjadi 155,2% per Desember 2023.

Adapun, posisi pencadangan kredit berisiko atau loan at risk (LaR) coverage BNI dan BTN masing-masing sebesar di level 52,7% dan 21,1%.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper