Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo menjawab kabar merger dengan PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) milik taipan James Riady. BABP menjelaskan bahwa perseroan akan mengikuti langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Berdasarkan keterbukaan informasi, Corporate Secretary Bank MNC Heru Sulistiadhi menjawab pertanyaan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait proses merger dengan Bank Nobu.
"Perseroan patuh kepada ketentuan OJK. Terkait dengan merger, pihak yang paling berkompeten untuk menjelaskan adalah OJK," katanya pada Senin (22/4/2024).
Heru menjelaskan seiring dengan kabar merger tersebut, tidak ada informasi, fakta, kejadian penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi harga saham bank serta kelangsungan hidup yang belum diungkapkan kepada publik.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dian Ediana Rae menjelaskan bahwa merger kedua bank milik konglomerat itu saat ini masih berproses, meskipun berjalan lambat.
Rencana merger kedua bank diungkap pada awal 2023. OJK memproyeksikan merger rampung pada Agustus 2023. Namun, hingga 2023 berakhir, merger belum juga rampung.
Baca Juga
Lambatnya proses merger dikarenakan kedua entitas merupakan bagian dari ekosistem konglomerasi yang besar. Hal tersebut membuat kompleksitas bisnis kian tinggi, alhasil negosiasi tersebut memerlukan waktu yang tidak sebentar.
“Serta [ini juga terkait] rencana pengembangan dan sinergi bisnis bank ke depan,” katanya dalam jawaban tertulis pada beberapa waktu lalu (4/4/2024).
OJK akan intens melakukan monitoring untuk memastikan pelaksanaan komitmen merger dari kedua bank dapat terlaksana dengan senantiasa memperhatikan kesesuaiannya atas ketentuan yang berlaku.
“Sebagaimana diketahui proses merger tersebut merupakan inisiatif kedua bank tersebut, dan selanjutnya itu menjadi komitmen mereka,” kata Dian.
Dian juga mengatakan bahwa merger kedua bank itu menjadi point of no return alias harga mati dalam konsolidasi perbankan Tanah Air. Di mana, rencana merger kedua bank juga merupakan wujud komitmen dari pemegang saham secara business to business (B2B) dalam rangka mendukung konsolidasi serta penguatan industri perbankan.
Sebelumnya, Bank Nobu juga telah menjawab terkait rencana merger tersebut. Corporate Secretary NOBU Mario Satrio mengatakan rencana sinergi yang dilakukan dengan Bank MNC akan membawa dampak positif terhadap kinerja perseroan.
"Setiap corporate action yang dilakukan perseroan sejalan dengan POJK Konsolidasi Bank Umum dan bertujuan untuk mendukung pengembangan volume usaha perseroan dalam jangka panjang guna mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan," kata Mario.
Merger kedua bank konglomerat itu memang diproyeksikan akan mampu memperkuat bisnis. Apabila bergabung, maka aset kedua bank akan semakin besar. Bank Nobu mencatatkan aset sebesar Rp26,62 triliun pada 2023, tumbuh 20,37% secara tahunan (year on year/yoy).
Aset Bank Nobu terdorong oleh penyaluran kredit yang mencapai Rp15,24 triliun pada 2023, naik 22,79% yoy.
Adapun, Bank MNC mencatatkan aset sebesar Rp18,14 triliun pada 2023, naik 7,63% yoy. Aset bank ditopang oleh nilai penyaluran kredit Rp10,25 triliun pada 2023, meski hanya tumbuh 0,52% yoy.
Merger kedua bank itu jika terlaksana kemudian menghasilkan aset gabungan sebesar Rp44,76 triliun.
Merger kedua bank juga dilakukan dalam rangka naik kelas menjadi kelompok bank dengan modal inti (KBMI) II. Saat ini masing-masing bank masih masuk ke dalam kategori KBMI I atau bank kecil.
Bank Nobu memiliki modal inti Rp3,1 triliun per 31 Desember 2023. Sementara, Bank MNC memiliki modal inti Rp3,35 triliun per 31 Desember 2023. Apabila digabung, maka bank naik kelas dan masuk ke dalam kategori KBMI II atau bank dengan modal inti Rp6 triliun hingga Rp14 triliun.