Bisnis.com, BANDUNG — Perusahaan asuransi umum di bawah holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia Financial Group (IFG), PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) mencatat ada lima produk yang tumbuh positif sepanjang 2023.
Salah satu yang pertumbuhannya paling besar adalah asuransi satelit yang memberikan perlindungan terhadap risiko-risiko satelit pada saat per-launching, launch, dan ketika satelit orbit
“Produk asuransi satelit sebelumnya total Rp129,97 miliar pada 2022 naik menjadi Rp283,40 miliar pada 2023. Produk liability Rp40,00 miliar pada 2022 naik menjadi Rp 40,36 miliar pada 2023,” kata Direktur Utama Asuransi Jasindo Andy Samuel, dikutip Minggu (28/4/2024).
Adapun peningkatannya mencapai 118,05% secara tahunan (year on year/yoy). Diketahui, Jasindo juga merupakan penyelenggara asuransi terhadap Satelit Merah Putih 2 milik Telkomsat anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) yang meluncur 20 Februari silam.
Andy menambahkan untuk premi produk marine hull yang memberikan perlindungan terhadap kerugian atas kecelakaan maupun konsekuensi yang timbul dari aktivitas dan kegiatan-kegiatan pendukungan dalam pengiriman barang menggunakan kapal laut mencapai Rp275,38 miliar pada 2023. Angka tersebut naik sekitar 65,5% yoy apabila dibandingkan periode 2022 yang mencapai Rp166,43 miliar.
Dia menyebut proteksi di sektor kelautan menjadi penting di Indonesia. Perairan yang mencapai 3,25 juta km2 atau sekitar 63% wilayah Indonesia, menjadi lalu lintas kapal untuk mengangkut logistik. “Untuk itu, asuransi di sektor kelautan menjadi hal utama,” lanjut Andy.
Baca Juga
Perlindungan kelautan Jasindo meliputi marine hull & machinery (asuransi rangka kapal), marine cargo (asuransi pengangkutan) dan marine liability (asuransi tanggung gugat berhubungan dengan risiko laut).
Di sisi lain, asuransi untuk risiko kerugian sektor pertambangan minyak (energy onshore) mencapai Rp44,42 miliar sepanjang 2023, atau naik 12,16% yoy dibandingkan sebelumnya Rp39,62 miliar. Berikutnya ada produk energy offshore yang naik sedikit sekitar 0,32% yoy menjadi Rp572,62 miliar apabila dibandingkan pada 2022 yakni Rp570,79 miliar.
Andi menyebut pencapaian-pencapaian tersebut menjadi tanda bahwa Jasindo sudah kembali on track, yaitu kembali pada core competence. Adapun solvabilitas Jasindo sempat mengalami penurunan bahkan minus pada 2020 dan 2021.
Bahkan kondisi Risk Based Capital (RBC) dalam kondisi tidak memenuhi ketentuan OJK yang mencapai 120% kala itu. Pada laporan auditer 2021, RBC Jasindo minus -84,85%. Asuransi kredit menjadi satu penyebab perusahaan menjadi tidak sehat. Kemudian Jasindo mengalami perbaikan kesehatan keuangan pada Desember 2022 dengan RBC yang berada di angka 137,21%
“Peningkatan pada produk-produk tersebut memang sesuai dengan target industri-industri yang menjadi keahlian kami, yaitu mega risk,” tandasnya.
Secara keseluruhan, Jasindo membukukan pendapatan premi senilai Rp3,3 triliun sepanjang 2023. Jumlah pendapatan premi yang diperoleh perseroan meningkat 1,79% yoy dibandingkan pada 2022 yang mencapai Rp3,25 triliun.