Bisnis.com, JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat dana pihak ketiga (DPK) valuta asing (valas) di perbankan mengalami perlambatan seiring dengan tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Sebagaimana diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga akhir kuartal I/2024 mengalami depresiasi 2,89% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd). Rupiah bahkan mulai menyentuh level Rp16.000 per dolar AS pada per bulan lalu.
Jika ditarik mundur, nilai tukar rupiah terhadap dolar sempat menembus Rp16.000 pada 3 April 2020. Kala itu nilai tukar mata uang Indonesia menembus Rp16.300 per dolar AS.
Meski begitu, dalam dua hari terakhir, rupiah menunjukkan penguatan. Mengutip data Bloomberg, pada perdagangan hari ini (3/5/2024) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,63% ke Rp16.083 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,04% ke 105,25.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan di tengah tren pelemahan nilai tukar rupiah itu, DPK valas masih bisa tumbuh 0,64% yoy per Maret 2024.
"Namun, memang pertumbuhannya melambat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya," katanya dalam konferensi pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada Jumat (3/5/2024).
Baca Juga
Per Januari DPK valas tumbuh 2,86% yoy, lalu per Februari DPK valas tumbuh 2,88% yoy.
Purbaya mengatakan meskipun DPK valas hanya tumbuh 0,64%, namun nilainya mencapai level tertinggi dalam 20 tahun terakhir yakni Rp85,28 triliun.
Selain itu, pertumbuhan DPK valas juga diiringi dengan pertumbuhan DPK rupiah 7,73% yoy. "Artinya tidak ada switch deposan dari rupiah ke dolar AS," tutur Purbaya.
Menurutnya, masyarakat masih optimistis dengan keadaan ekonomi saat ini. Tingkat percaya diri masyarakat terhadap rupiah pun tinggi meskipun terjadi pelemahan nilai tukar.