Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate pada level 6 25% hingga akhir 2024.
Kepala Ekonom Bank Permata memperkirakan BI-Rate baru berpotensi turun pada kuartal pertama 2025, meski BI mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga pada kuartal IV/2024
"Kami mempertahankan proyeksi kami bahwa BI-Rate akan tetap di level 6,25% hingga akhir tahun 2024, dengan potensi penurunan suku bunga pada kuartal I/2025," katanya, Rabu (17/7/2024).
Josua menjelaskan, penurunan inflasi di Amerika Serikat (AS) telah meningkatkan ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) pada September, yang memicu pelemahan dolar AS.
Pasar saat ini juga mengantisipasi the Fed untuk menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 75 basis poin pada 2024, naik dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 50 basis poin.
Namun demikian, Josua memandang ruang untuk penurunan FFR cenderung terbatas pada tahun ini karena ketidakpastian terkait politik AS.
Baca Juga
Di sisi lain, Josua memperkirakan nilai tukar rupiah berpotensi menguat lebih dari yang diharapkan, terutama karena arus masuk dari investor asing menjelang penurunan FFR pertama.
"Jika inflasi AS terus melambat sepanjang sisa 2024, rupiah dapat terapresiasi hingga di bawah 16.000 per dolar AS, yang memungkinkan terjadinya lebih dari satu kali pemangkasan FFR di tahun ini," jelasnya.
Dia memperkirakan, nilai tukar rupiah akan bergerak ke kisaran bawah dari perkiraannya saat ini, yaitu Rp15.900 hingga Rp16.200 per dolar AS pada akhir 2024.
Senada, Ekonom Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang memperkirakan bahwa pemangkasan suku bunga acuan BI paling cepat dilakukan pada kuartal I/2025.
"Meskipun masih ada ruang bagi BI untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga, bank sentral akan tetap berhati-hati karena kondisi global," katanya.
Dari sisi global, Hosianna mengatakan, terutama di AS yang sedang menghadapi pemilu, imbal hasil obligasi jangka pendek telah terdorong naik.
Sementara itu, strategi BI dalam jangka pendek akan diarahkan untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.
Dia menilai, hal ini mengindikasikan bahwa penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan instrumen surat berharga BI masih akan berlanjut.
Dengan demikian, Hosianna memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga kebijakan sepanjang tahun ini, seiring dengan penurunan FFR sebesar 25 basis poin yang diperkirakan akan dimulai pada September atau Desember.
"Selanjutnya, BI akan memiliki ruang untuk mengikuti siklus pemangkasan suku bunga the Fed paling cepat pada kuartal pertama 2025," kata dia.