Bisnis.com, JAKARTA — Penyelenggara fintech peer to peer (P2P) lending PT Amartha Mikro Fintek atau Amartha mencatat peningkatan yang signifikan terhadap pinjaman sampai dengan semester I/2024
Adapun Amartha telah menyalurkan sebanyak Rp5 triliun pada periode tersebut. Angka tersebut meningkat sekitar 66,7% apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
“Pada semester pertama tahun 2024, Amartha mencatatkan penyaluran akses permodalan mencapai Rp5 triliun, meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3 triliun,” kata Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra saat dihubungi Bisnis pada Senin (22/7/2024).
Andi mengatakan pencapaian tersebut tidak hanya mencerminkan keberhasilan strategi dan pendekatan bisnis Amartha tetapi juga kontribusinya dalam memperkuat ekonomi akar rumput di Indonesia.
Diketahui, Amartha memberikan pinjaman terhadap sektor produktif atau kepada pelaku Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Amartha memfokuskan diri pada penyaluran kredit produktif ke segmen ekonomi akar rumput sejak 2010.
Andi mengatakan segmen ini mencakup kelompok masyarakat yang termarjinalkan dari akses layanan keuangan mikro.
Baca Juga
“Dengan penyaluran yang tepat guna melalui penyaluran dana serta pendampingan dan literasi, segmen ini bisa meraih kesejahteraan merata,” kata Andi.
Amartha mencatatkan tingkat keberhasilan kredit selama 90 hari (TKB90) mencapai 98% per 22 Juni 2024. Dengan demikian, tingkat kredit bermasalah-nya dilihat dari TWP90 hanya 2%. Angka tersebut lebih kecil dari batas atas yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni 5%.
Andi menyebut untuk memastikan kualitas portofolio bisnis yang baik, Amartha telah mengimplementasikan pendekatan berbasis mesin penilai risiko (risk-profiling engine) yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI).
Teknologi ini, lanjut Andi, memungkinkan Amartha untuk mengukur profil risiko peminjam dengan lebih akurat.
“Selain memanfaatkan teknologi digital, Amartha juga memberdayakan lebih dari 9.000 tenaga lapangan di wilayah perdesaan untuk memberikan pendampingan usaha dan pelatihan literasi keuangan digital kepada para perempuan peminjam [female borrowers],” tandasnya.