Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan harga saham yang moncer bahkan diburu asing dalam periode sepekan perdagangan terakhir. Hal itu terjadi usai BMRI mengumumkan kinerja laba bersih Rp26,6 triliun pada semester I/2024.
Berdasarkan data RTI Business, harga saham BMRI naik 0,74% pada perdagangan akhir pekan, Jumat (2/8/2024), ke level Rp6.800 per lembar. Harga saham BMRI pun naik 3,82% dalam sepekan perdagangan dari 29 Juli 2024 hingga 2 Agustus 2024.
Harga saham BMRI juga naik 12,4% sepanjang tahun berjalan atau secara year to date (ytd). Selain itu, harga saham BMRI telah diburu investor asing. Pada perdagangan akhir pekan ini, saham BMRI telah mencatatkan nilai beli asing atau net foreign buy Rp416,71 miliar.
Sepanjang tahun berjalan, saham BMRI telah mencatatkan net foreign buy sebesar Rp902,66 miliar.
Moncernya harga saham BMRI terjadi setelah bank merilis kinerja keuangannya. Bank Mandiri telah membukukan laba bersih konsolidasi yang diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp26,55 triliun pada semester I/2024, tumbuh 5,23% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Dari sisi intermediasi, Mandiri telah menyalurkan kredit sebesar Rp1.487,44 triliun pada Juni 2024, tumbuh 20,07% yoy. Lalu, di sisi pendanaan, Mandiri telah meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp1.651,02 triliun, naik 15,45% yoy.
Baca Juga
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Leonardo Lijuwardi menjelaskan kinerja keuangan Bank Mandiri pada semester I/2024 tergolong moncer di tengah beragam tantangan.
"Hasil BMRI yang cukup menggembirakan tersebut didukung dengan performa BMRI yang bersinar di tengah badai suku bunga tinggi dan ketatnya likuiditas yang berlangsung," tulisnya dalam riset pada Jumat (2/8/2024).
NH Korindo Sekuritas Indonesia dalam risetnya pun merekomendasikan buy untuk BMRI dengan target harga Rp7.775 per lembar.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan harga saham bank jumbo seperti BMRI moncer dipengaruhi sentimen proyeksi penurunan suku bunga The Fed.
"Ini on the right track ada pelonggaran dan ada stimulus positif ke saham-saham perbankan," kata Nafan kepada Bisnis.
Dengan pelonggaran kebijakan suku bunga The Fed, Bank Indonesia (BI) pun akan mengikuti pelonggaran kebijakan moneternya.
"BI bisa dua kali longgarkan kebijakan, dibanding The Fed dan ini mampu mendorong likuiditas di perbankan. Secara seasonal kredit juga tumbuh dobel digit apalagi semester kedua," katanya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.