Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Leasing Tertahan Penjualan Mini Mobil Baru?

Penjualan kendaraan bermotor tercatat lesu pada periode Januari-Juli 2024. Seberapa besar dampaknya terhadap kinerja leasing atau multifinance?
Akbar Maulana al Ishaqi,Reyhan Fernanda Fajarihza
Rabu, 14 Agustus 2024 | 10:30
Kredit kendaraan bermotor atau kredit mobil/Image by xb100 on Freepik
Kredit kendaraan bermotor atau kredit mobil/Image by xb100 on Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan kendaraan roda empat yang melesu berdampak pada kinerja perusahaan pembiayaan atau yang lebih sering disebut multifinance (leasing).

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan kendaraan roda empat di pasar domestik dalam periode Januari-Juli 2024 mencapai 588.688 unit, turun 16,78% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan 707.422 unit pada periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Ketua Bidang Pengembangan Industri APPI Harjanto Tjitohardjojo mengatakan objek pembiayaan multifinance didominasi oleh segmen kendaraan.

Dia mengakui lesunya pasar otomotif berdampak pada turunnya pembiayaan di segmen tersebut. Tantangan lainnya adalah daya beli masyarakat yang sedang turun.

"Kita lihat dari customer-customer lama kita itu sudah ada yang delay bayar. Customer baru juga kualitasnya juga kurang baik saat ini. Istilahnya dulu 10 aplikasi masuk, mungkin yang kita tolak cuma tiga, yang tidak memehuhi syarat. Tapi sekarang terbalik, 70% tidak memenuhi syarat. Entah kena pinjol, atau apa gitu. Memang situasinya menantang tahun ini," ujarnya pada Bisnis, Selasa (13/8/2024).

Pemain industri leasing pun mengolah berbagai strategi untuk dapat menekan dampak penjualan kendaraan bermotor yang lesu. Strategi pertama, kata Harjanto, yaitu mencoba upgrade sistem.

"Kita optimis daya beli masyarakat pasti akan rebound. Kedua, demografi kita cukup menunjang dengan jumlah penduduk 270 juta lebih, potensi kepemilikan kendaraan masih besar sekali, cuma memang momentum situasi tahun ini yang kurang baik. Tapi kita percaya tahun-tahun yang akan datang peluangnya besar," kata Harjanto.

Strategi berikutnya adalah mendorong pembiayaan di segmen refinancing atau pembiayaan kembali atas barang milik konsumen. "Jadi, nasabah tidak hanya butuh beli mobil tapi butuh uang untuk pendidikan, untuk renovasi rumah, untuk pernikahan, atau untuk umroh. Mereka butuh dana. Itu refinancing, atau BPKB mereka bisa pinjamkan kita, kita kasih pembiayannya. Itu yang skarang lagi cukup marak."

Hal tersebut dilakukan untuk mengimbangi pembiayaan sektor kendaraan yang turun. Selama ini, market share pembiayaan kendaraan dari seluruh objek pembiayaan 44-46% adalah dari sektor kendaraan.

"Kalau di industri memang mereka lagi concern ke situ, dengan mengimbangi penurunan di otomotif, itu yang salah satu secara industrinya gak jauh beda karena sama-sama agunannya aset, mobil atau motor," ujarnya.

Berdasarkan catatan Bisnis, sejumlah emiten multifinance mencatatkan penurunan laba sepanjang periode semester I/2024. PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) atau Clipan Finance, misalnya, mencatatkan laba periode berjalan sebanyak Rp128,2 miliar atau turun 80,26% secara tahunan dari Rp649,6 miliar per Juni 2023.

Sementara itu, PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) alias BFI Finance juga mencatatkan penurunan laba sebanyak 19,16% YoY dari Rp848,3 miliar per Juni 2023 menjadi Rp685 miliar.

Lebih lanjut, PT Mandala Multifinance Tbk. (MFIN) atau Mandala Finance mencatatkan penurunan 11,6% YoY menjadi Rp213,36 miliar pada semester I/2024 dari sebelumnya Rp241,54 miliar.

Setali tiga uang, Adira Finance atau PT Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) mencatatkan laba periode berjalan sebanyak Rp765 miliar pada Juni 2024. Angka tersebut turun 6,5% YoY dari perolehan laba perusahaan pada Juni 2023 sebesar Rp818 miliar.

Proyeksi Kinerja Leasing dari OJK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun buka suara mengenai tren penurunan kinerja emiten multifinance tersebut. Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK Agusman menjelaskan bahwa penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh penurunan penjualan mobil dan motor pada periode yang sama.

“Perusahaan pembiayaan terus didorong untuk melakukan diversifikasi penyaluran objek pembiayaan baru, termasuk pembiayaan terhadap sektor produktif,” katanya dalam jawaban tertulis, dikutip Selasa (6/8/2024).

Dirinya menjelaskan, upaya tersebut mencakup pembiayaan investasi dan modal kerja untuk mendukung jenis usaha mikro dan kecil (UMK).

Ketika ditanya mengenai proyeksi kinerja industri multifinance hingga akhir tahun nanti, Agusman memaparkan bahwa piutang pembiayaan kembali tumbuh sebesar 10,72% YoY menjadi Rp492,17 triliun.

Dengan perkembangan tersebut, OJK optimistis bahwa penyaluran tersebut dapat meningkat hingga 12% pada pengujung 2024 meski dibayangi oleh tren peningkatan biaya dana.

“Dengan melihat tren penyaluran pembiayaan, diproyeksikan pembiayaan PP tetap dapat meningkat 10%-12% sampai dengan akhir 2024,” tandas Agusman.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper