Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bankir Buka Suara soal Bisnis Tahun Depan usai Pembacaan Asumsi Makro RAPBN 2025

Sejumlah bankir memberikan pandangan mengenai bisnis pada tahun depan usai pemerintah menetapkan asumsi makro RAPBN 2025.
Ilustrasi bank. /Freepik
Ilustrasi bank. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat dan bankir Tanah Air buka suara usai Presiden Joko Widodo (Jokowi) membacakan asumsi makro 2025 pada akhir pekan lalu, Jumat (16/8/2024). Beberapa di antaranya bahkan menyebut pembacaan nota keuangan tersebut akan menjadi acuan dalam penyusunan rencana bisnis bank (RBB).

Pada kesempatan itu, Kepala Negara memang menyebut salah satu poin, di mana pertumbuhan ekonomi yang akan lebih bertumpu pada permintaan domestik. Lantas, apakah ini memberikan katalis positif pada kinerja bisnis bank ke depan?

PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) menyatakan bahwa perseroan masih dalam proses penilaian alias assessment mengenai dampak dari asumsi makro yang baru diumumkan.

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan pihaknya masih menunggu formasi pemerintahan baru dan kabinet yang akan terbentuk setelah Oktober 2024. 

“Namun, melihat RAPBN yang baru diumumkan terlihat lebih realistis dan mild [moderat],” ujarnya kepada Bisnis, Senin (19/8/2024).

Menurutnya, ramalan pertumbuhan bank untuk tahun depan pun akan bergantung pada pergerakan suku bunga acuan BI ini, yang nantinya akan mempengaruhi biaya dana alias cost of fund bank, apakah akan membaik atau tidak. 

Lani juga mengamati bahwa anggaran pemerintah untuk konsumsi rumah tangga telah diperbesar dan menjadi prioritas. “Sehingga masih ada potensi pertumbuhan untuk segmen tertentu seperti ritel dan UKM,” ujarnya.

Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. atau Bank BJB (BJBR) melaporkan dengan terbitnya Asumsi Makro dan Postur APBN 2025 dari pemerintahan yang baru, tentu ini akan menjadi acuan dalam penyusunan rencana bisnis bank yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada November 2024.

“Untuk saat ini masih dalam penyusunan tentunya oleh seluruh bank,” kata Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi kepada Bisnis, Senin (19/8/2024).

Kata Yuddy dengan asumsi yang ada, maka perbankan dapat melihat peluang dan tantangan yang ada khususnya dari sisi kebijakan pemerintah dan dalam negeri.

Lebih lanjut, Bank BJB menyambut positif kebijakan pemerintah yang menekankan pertumbuhan ekonomi melalui permintaan domestik. Mereka merasa bahwa ekosistem mereka, yang sudah dikelola dengan baik, cocok dengan fokus tersebut.

“Untuk Bank BJB, melihat ekosistemnya sudah dikelola dengan baik, tentunya pembiayaan segmen konsumer dan ritel sebagai pilar utama [fokus] pembiayaan yang dilakukan oleh Bank BJB,” ucapnya.

Di sisi lain, meskipun perseroan ingin terus menumbuhkan kinerja yang positif pada sektor-sektor lain seperti UMKM, komersial, korporasi, serta KPR dan kredit kendaraan bermotor (KKB), akan tetapi Bank BJB masih memilih untuk hati-hati dan selektif dalam memberikan pembiayaan, mengingat situasi kondisi makro yang belum sepenuhnya membaik. 

“Terutama dari sisi permintaan yang terus kami pantau dari waktu ke waktu,” tuturnya. 

Dari kelompok KBMI I, PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) pun menyampaikan proyeksi spesifik kinerja bank tahun depan akan disampaikan setelah pengiriman RBB ke OJK pada November 2024.

Meski demikian, Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah mengatakan ada beberapa hal yang menjadi perhatian perbankan dalam memproyeksikan kinerja pada tahun 2025. 

Pertama, pertumbuhan ekonomi yang positif berpotensi memberikan dampak positif bagi kinerja bank, di mana dapat meningkatkan permintaan kredit dan mengurangi risiko kredit macet.

Kedua, pergerakan suku bunga menjadi faktor penting, pasalnya suku bunga yang tinggi bisa menekan permintaan kredit. 

Daya Beli Masyarakat

Selain itu, tingkat inflasi juga memengaruhi daya beli masyarakat dan kualitas kredit. Menurutnya, apabila tingkat inflasi rendah, hal ini dapat berkontribusi pada penurunan suku bunga.

“Hal yang tidak kalah penting adalah, stabilitas keuangan global, kondisi pasar global juga memengaruhi kinerja bank, terutama jika bank tersebut memiliki eksposur internasional,” katanya. 

Secara umum, Efdinal menyampaikan jika asumsi makro pemerintah untuk tahun depan menunjukkan stabilitas ekonomi, pertumbuhan yang moderat, dan kebijakan moneter yang mendukung, maka proyeksi kinerja bank cenderung positif. 

Namun, jika ada ketidakpastian atau tantangan ekonomi global, bank mungkin menghadapi risiko lebih besar, seperti meningkatnya kredit macet atau margin keuntungan yang lebih sempit.

Adapun, dari sisi pengama yakni Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Indef Abdul Manap Pulungan menilai asumsi makro yang telah disampaikan pemerintah belum cukup kuat dalam menggerakkan bank untuk berekspansi hingga tahun depan. Apalagi, kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) akan menggerus daya beli masyarakat.

“Kalau daya beli masyarakatnya menurun berarti kan konsumsi terhadap barang-barang jasa akan melambat, tentu perusahaan tidak akan ekspansi dong, karena ekonomi sebagian besar kita ditopang oleh konsumsi rumah tangga atau kekuatan domestik,” ujarnya kepada Bisnis.

Lalu, apabila kondisi ekonomi domestik stagnan atau tidak berkembang, kata pria yang kerap disapa Ucok, itu artinya menjadikannya tantangan bagi bank untuk meningkatkan jumlah pinjaman yang mereka salurkan.

“Kalau ekonomi domestik tidak bergerak, ini pasti agak sulit untuk mendongkrak permintaan kredit,” ungkapnya. 

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper