Bisnis.com, JAKARTA -- Penutupan kantor cabang bank di Tanah Air terus berlanjut hingga enam bulan pertama 2024, seiring dengan perubahan perilaku nasabah yang kian cenderung menggunakan layanan digital perbankan.
Melansir dari Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah kantor bank di Indonesia per Juni 2024 mencapai 24.170 unit. Jumah ini turun 20 unit dibandingkan bulan sebelumnya yaitu Mei 2024 dan turun 614 unit secara tahunan dari sebelumnya 24.784 per Juni 2023.
Apabila dilihat secara tren selama tiga tahun ke belakang, kantor cabang perbankan memang terus mencatatkan penyusutan. Jika diurutkan, pada 2021 jumlah kantor dapat mencapai 32.366 unit, lalu pada 2022 turun menjadi 25.377 unit hingga akhirnya hanya tercatat 24.276 unit pada akhir Juni 2023.
Baca Juga : Adu Laba 4 Bank Terbesar RI (BRI, Mandiri, BNI, BCA) Semester I/2024, Siapa Paling Moncer? |
---|
Secara bulanan, jika dikelompokkan berdasarkan bank, maka Bank Persero mencatatkan penyusutan unit paling banyak. Kondisi ini berbanding terbalik dengan bank Bank Pembangunan Daerah (BPD), bank swasta nasional, dan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang justru melaporkan adanya penambahan unit.
Tercatat, per Juni 2024 jumlah kantor Bank Persero mencapai 12.364, turun 11 unit dari Mei 2024 yang sempat 12.375 unit. Sementara itu, secara tahunan angka ini mengalami penyusutan 340 unit dari sebelumnya 12.704 unit pada Juni 2023.
Sementara itu, Bank Pembangunan Daerah (BPD) justru mencatatkan kenaikan jumlah menjadi 4.046 unit per Juni 2024, naik tiga unit dari 4.043 unit per Mei 2024. Sementara itu, secara tahunan jumlah unit pun mengalami penyusutan empat unit dari 4.050 per Juni 2023.
Selanjutnya, bank swasta nasional mencatatkan kenaikan secara bulanan, yaitu 28 unit menjadi 7.741 per Juni 2024 dari sebelumnya 7.713 unit per Mei 2024. Secara tahunan, angka ini susut 266 dari sebelumnya 8.007 unit per Juni 2023.
Sementara, kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri mencatatkan jumlah yang stagnan yaitu 19 unit sejak awal tahun 2024. Namun, pada pertengahan tahun lalu jumlahnya sempat menyentuh 23 unit atau turun empat unit per Juni 2023.
Head of Research LPPI Trioksa Siahaan mengatakan penurunan jumlah cabang di Bank Persero disebabkan oleh upaya efisiensi operasional yang makin optimal, salah satunya melalui kolaborasi ATM antarbank, di mana nasabah Bank Persero dapat melakukan penarikan di mana saja dengan bebas biaya.
“Kondisi ini membuat Bank Persero lebih efisien dari sisi operasionalnya dan tidak memerlukan banyak cabang, di samping sistem digital dan inklusi dengan mengandalkan agen-agen bank,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (26/8/2024).
Trioksa menambahkan bahwa tren penurunan jumlah kantor cabang akan terus berlanjut seiring dengan meningkatnya efektivitas digitalisasi. Teknologi digital diyakini akan menggantikan fungsi operasional tradisional bank.
Di sisi lain, dia mencatat bahwa Bank Pembangunan Daerah (BPD) mengalami kondisi yang berbeda. Menurutnya, penambahan cabang BPD sering kali terkait dengan kebutuhan stakeholder daerah, termasuk pemekaran wilayah atau permintaan dari pemegang saham untuk meningkatkan pelayanan di area tertentu.
Dalam hal ini, BPD mungkin perlu membuka cabang baru untuk memenuhi kebutuhan nasabah di daerah-daerah tersebut.
Lebih lanjut, kata dia, penambahan cabang bagi bank swasta pun dimaksudkan karena masih sedikitnya cabang untuk menjangkau dan melayani nasabah lebih luas, sehingga memerlukan tambahan cabang baru.
Nasib yang sama juga dilakukan oleh kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang memilih untuk tidak melakukan pengurangan.
“Kurang lebih sama [seperti Bank Swasta] yaitu untuk peningkatan layanan ke nasabah di tempat yang baru,” ucap Trioksa.
Kondisi di Bank
Dari segi pemain Himbara, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatatkan penyusutan jumlah kantor sebesar 274 unit secara tahunan dari 7.980 kantor per Juni 2023 menjadi 7.706 kantor per Juni 2024.
Akan tetapi, pada saat yang sama, jumlah Agen BRILink mencatatkan peningkatan signifikan dengan tumbuh 49,19% yoy menjadi 993.677 per Juni 2024 dari tahun lalu yang berjumlah 666.038 per Juni 2023.
Sebelumnya, VP of Transaction Banking BRI Rudy Automo sempat mengatakan pihaknya akan terus memperluas layanan fisik perseroan.
“Kantor cabang BRI tutup saya rasa sih tidak ya. Kita malah tetap akan memperluas jangkauan physical kita juga. Selain kantor cabang, kita juga punya pemberdayaan lewat unitnya BRILink,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Selanjutnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga mencatatkan penyusutan outlet yang terdiri dari kantor cabang (KC), kantor cabang pembantu (KCP) dan kantor kas (KK). Di mana, total penyusutan mencapai turun 19 unit dari semula 1.798 unit pada semester I/2023menjadi 1.779 unit pada semester I/2024.
Pada saat yang sama, BNI juga terus memperluas jaringan layanan perbankan kepada masyarakat unbanked melalui Agen46. Tercatat, terjadi peningkatan pada layanan ini, yaitu mencapai 205.379 agen pada semester I/2024, naik 18,2% yoy dari sebelumnya 173.766 agen pada semester I/2023.
Adapun, kelolaan dana dari Agen46 ini mencapai Rp3,84 triliun per Juni 2024, tumbuh 40% yoy dari sebelumnya Rp2,74 triliun pada Juni 2023.
Nasib serupa juga terjadi pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang mencatatkan penyusutan jumlah cabang mencapai 100 unit, dari sebanyak 2.327 unit per Juni 2023 menjadi 2.227 unit per Juni 2024. Di mana unit ini terdiri dari cabang reguler dan Cash Outlet & Digital Box.
Bank Swasta
Selain itu, salah satu pemain swasta dari kelompok KBMI III, PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) juga mencatatkan penurunan kantor cabang sebesar 8 unit menjadi 302 unit pada semester I/2024 dari periode yang sama tahun lalu yakni 310 unit pada semester I/2023.
Head of Digital Banking, Branchless, and Partnership CIMB Niaga Lusiana Saleh menjelaskan kondisi yang ada merupakan bagian dari upaya mereka untuk meningkatkan efektivitas operasional. Menurutnya, tidak efisien jika memiliki banyak cabang di satu daerah yang sama.
Selain itu, penutupan kantor cabang terkadang dilakukan jika unit tersebut tidak menghasilkan pendapatan alias revenue dengan baik. Meski demikian, kemungkinan pihaknya melakukan relokasi cabang ke daerah lain yang dianggap memiliki banyak nasabah potensial dan peluang pertumbuhan baik.
“Jadi, kita mulai convert cabang baru jadi digital, gimana caranya salah satu kantor cabang itu tidak membawa cost lebih banyak, tapi lebih memberikan efektifitas dan dia [cabang] bisa melayani banyak nasabah,” ujarnya kepada Bisnis.
Ke depan, dia membocorkan bahwa perseroan akan meluncurkan puluhan digital branch alias cabang digital untuk melayani nasabah.
Sementara itu, salah satu pemain bank asal Singapura yaitu PT Bank UOB Indonesia, milik UOB Group justru memilih untuk memugar cabang daerah di tengah tren penyusutan kantor cabang
Head of Business Banking UOB Indonesia Dewi Tuegeh menilai kebutuhan akan cabang bank berbeda antara kota besar seperti Jakarta dan daerah-daerah yang lebih terpencil.
"Kalau di Jakarta mungkin enggak usah bawa dompet bisa, tapi di daerah belum bisa seperti itu. Jadi, cabang masih perlu, mereka-mereka masih perlu setor cash, ambil cash," dalam UOB Media Editors Circle, Senin (12/8/2024)
Meskipun begitu, UOB Indonesia tetap memperbarui cabang-cabangnya untuk meningkatkan layanan kepada pelanggan. Selain itu, mereka juga berfokus pada edukasi pelanggan untuk beralih ke layanan digital.
Pihaknya telah meluncurkan UOB Infinity, platform digital yang memungkinkan nasabah bisnis mengelola keperluan perbankan secara cepat.
"Kita tetap edukasi, customer kita kasih insentif kalau transaksi sekian banyak pakai Infinity tanpa ke cabang. Ini bagian dari kita mengedukasi masyarakat dan customer supaya mau pelan-pelan pindah ke digitalisasi," ujar Dewi.