Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BCA (BBCA) Prediksi BI Rate Turun 25 Bps pada Kuartal IV/2024

BCA (BBCA) memproyeksikan Bank Indonesia bakal memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) pada kuartal IV/2024.
Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) di Jakarta, Kamis (5/1/2023). /Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) di Jakarta, Kamis (5/1/2023). /Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) memproyeksikan Bank Indonesia bakal menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada kuartal IV/2024. Meski demikian, perkiraan ini bisa berubah mengikuti perkembangan The Fed.

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan secara internal dan sejalan dengan prediksi pasar bahwa ruang penurunan suku bunga akan sangat terbuka, di mana The Fed akan menurunkan Federal Funds Rate (FFR) pada September 2024 atau kuartal IV/2024. 

Ke depan, kata dia, kemungkinan BI juga akan bereaksi sama dengan meninjau stabilitas nilai tukar mata uang.

“Kami juga melihat rupiah menguat dalam akhir-akhir ini, tentunya ini sangat positif dan memberi ruang juga untuk penurunan suku bunga,” ujarnya dalam Public Expose Live, Rabu (28/8/2024). 

Selain itu, Vera juga melaporkan terkait pertumbuhan bisnis BCA yang tecermin dari kredit yang berada pada level 14%-15% per Juli 204. Dia pun berharap momentum ini terus terjaga sampai akhir tahun. 

Sebagaimana diketahui, The Fed masih menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5% dan mengisyaratkan akan memangkas suku bunga pada September 2024. Sementara itu, BI juga menahan suku bunga acuan pada level 6,25%.

Sebelumnya, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan ada sejumlah syarat yang menjadi pertimbangan BI dalam menentukan kebijakan suku bunga antara lain, kecukupan likuiditas, pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS, hingga pertumbuhan kredit di Indonesia. 

“Nah, kalau hal itu terpenuhi setelah The Fed menurunkan bunga di September, [maka] BI bisa saja menurunkan bunga,” ujarnya dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja Semester I/2024, Rabu (24/7/2024). 

Di sisi lain, dari sisi Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Situmorang menyampaikan Bank Indonesia berpotensi masih akan menahan BI Rate pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) selanjutnya yang juga bersamaan dengan FOMC.  

Hal tersebut berdasarkan proyeksi baseline BI terhadap FFR, di mana The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali tahun ini.  

"Kami lihat ruang BI untuk menurunkan suku bunga di November/Desember 2024. Mengingat karena ada transisi kepemimpinan dan Pilkada," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (25/8/2024).  

Senada, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede melihat meskipun rupiah cenderung mengalami penguatan terhadap dolar AS sejalan dengan penguatan mata uang Asia lainnya, BI berpendapat bahwa mata uang rupiah masih undervalued. Alhasil. ini menjadi alasan untuk menunda penurunan suku bunga sampai stabilisasi lebih lanjut tercapai.  

Sementara itu, Josua menggarisbawahi pernyataan yang konsisten dari BI untuk potensi penurunan BI Rate tetap ditargetkan pada kuartal IV/2024.  

"Pernyataan BI mengindikasikan bahwa BI akan terus menunggu sinyal yang lebih jelas mengenai lintasan penurunan suku bunga The Fed sebelum memulai penurunan BI Rate," tutur Josua beberapa waktu lalu. 

Adapun, Ketua Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pidatonya di acara simposium tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming, Jumat (23/8/2024), mengatakan bahwa sudah waktunya bagi The Fed untuk untuk memangkas suku bunga acuannya.  

Pernyataan ini menegaskan ekspektasi bahwa para pejabat akan mulai menurunkan suku bunga dalam pertemuan bulan depan dan memperjelas niatnya untuk menahan pelemahan pasar tenaga kerja.  

"Waktunya telah tiba bagi kebijakan untuk menyesuaikan diri. Arah perjalanan sudah jelas, dan waktu serta laju penurunan suku bunga akan bergantung pada data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko," jelas Powell seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (24/8/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper